Knowledge lahir dari
intervensi manusia terhadap informasi melalui interprestasi dan judgement yang berasal dari
intelektualitas, mentalistas, pengalaman dan nilai yang dimiliki oleh manusia
serta dalam situasi yang bagaimana manusia itu berada. Implementasi KM harus
lebih memperhatikan aspek manusia dan kulturnya daripada aspek lain.
Russell Ackoff
menyatakan bahwa isi atau kandungan dari intelektualitas dan mentalitas manusia
dapat diklasifikasikan dalam :
1. Data
(berupa symbol, kumpulan daru transaksi-transaksi dimaan setiap rekaman
transaksi akan memebrikan penjelasan mengenai produk apa yang dibeli, kapan,
dan berapa jumlahnya.)
2. Informasi
(data yang diproses supaya dapat dimanfaatkan dimaan ini menjawab pertanyaan
mengenai “Who”, “What”, “Where” dan “When”; proses perubahan data menjadi
informasi menurut Daven dan Prusak dilakukan dengan tahap Contextualized yakni
memahami manfaat data yang dikumpulkan, Categorized yakni memahami unit
analisis atau komponen kunci dari data,
calculated dengan menganalisis data secara matematik atau statistic,
corrected dengan emnghilangkan kesalahan dari data, condensed yakni dengan
meringkas data dalam bentuk yang lebih singkat dan jelas).
3. Knowledge
(aplikasi dari data dan informasi yang menjawab pertanyaan how, dapat
ditindaklanjuti atau dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, mengambil
keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu). Knowledge terdiri
dari dua jenis yaitu tacit (knowledge yang diam di dama benak manusia dalam
bentuk intuisi, judgement, skill, values,
belief) dan explicit knowledge (sudah terkondisikan dalam bentuk dokumen
berupa formula, kaset/cd video dan audio, spesifikasi produk atau manual
sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan ebrbagai
media).
4. Understanding
(mengapresiasi pertanyaan why, melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat dari
orang yang dapat melakukan sintesa untuk menciptakan knowledge baru).
5. Wisdom
(evaluasi dari mengerti, memahami mengenai masa kini dan masa lalu dengan
kemmapuan untuk merencanakan masa depannya). Karakteristik dari wisdom menurut
Ackoff adalah tingkat pemahaman dan kesadaran tertinggi dari manusia, jawaban
dari permasalahan manusia dalam periode tertentu yang belum terjawab, berada
dalam jiwa dan pikiran yang dimiliki oleh manusia, dan mengandung etika dan
moral.
Manfaat
dari implementasi KM adalah :
1. Knowledge worker dapat
memberikan respon yang lebih cepat, penanganan pelanggan yang lebih baik,
pelayanan yang lebih proaktif.
2. Terjadinya pengembangan kompetensi
personil akrena terjadinya proses knowledge
transfer/sharing (pencipataan
kesempatan yang luas untuk belajar kepada seluruh anggota organisasi sehingga
dapat meningkatkan kompetensinya secara mandiri sehingga etrjadi knowledge creation, knowledge retention,
knowledge uitilitation.
3. Skill dan
knowledge yang dimiliki oleh para
pekerja dalam sebuah perusahaan perlu dikelola oleh perusahaan untuk menjamin
tidak terjadinya kondisi dimana perusahaan kehilangan knowledge yang
dibutuhkannya walaupun sudah pernah dimiliki dan dipergunakan sehingga dapat
mengakibatkan terganggunya operasional perusahaan, bahkan dapat mengakibatkan
agngguan yang lebih serius jika perpindahan atau keluarnya pekerja diikuti
dengan berpindahnya beberapa pelanggan perusahaan atau mengikuti pekerja
tersebut.
4. Salah
satu produk dari hasil KM adalah proses pembelajaran yang berimplikasi terhadap
peningkatan kemampuan inovasi yaitu dengan terciptanya knowledge baru.
Faktor-faktor
penting dalam implementasi KM :
1. Manusia
2. Leadership (para
pemimpin mengerahkan kapasitas intelektual dan sumber daya yang dibawah
kendalinya dalam menginspirasi, menyusun dan terjun langsung mengkonduktori
impelementasi KM untuk mewujudkan visinya.
3. Teknologi
4. Organisasi
yang menghargai knowledge dan ayng memilikinya, mampu mengkombinasikan dan
mengkombinasikan ualng skill,
kompetensi, dan sumber daya organisasi untuk merespon perubahan-perubahan
lingkungan.
5. Learning
organization (Garvin mendefinisikan ini sebagai keterampiklan organisasi dalam
5 aktifitas utama yaitu penyelesaian masalah secara sistematis, pengujicobaan
pendekatan-pendekatan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, belajar dari
praktek terbaik, transfer/sharing knowledge secara cepat dan efisien ke seluruh
organisasi.
Arsitektur KM
Tujuan : untuk
menyediakan kerangka dan landasan bagi pengembangan dan pengoperasian inisiatif
KM.
Elemen yang ada :
strategi KM (visi, misi dan objektif strategis perusahaan/penerjemahan visi dan
misi pengelolaan knowledge ke dalam berbagai sasaran kinerja yang ingin
dicapai), peran dan value proposition,
model operasi, dan arsitektur operasi.
Peran : KM diaragkan
untuk mengelola knowledge sebagai produk, KM diarahkan mempertemukan antara
orang yang memiliki knowledge dengan orang yang membutuhkannya yang
difasilitasi dengan menciptakan emdia dan memoderasi pertemuan dengan kreatif,
memrankan kedua pilihan tersebut di atas sekaligus.
Keuntungan dan manfaat
KM : meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan kualitas
penanganan kualitas penanganan pelanggan, mempercepat respon etrhadap isu-isu
bisnis yang penting, meningkatkan keterampilan karyawan, meningkatkan
produktifitas, meningkatkan profit, berbagi praktek-praktek terbaik, mengurangi
biaya, meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan, cara kerja yang lebih baik,
meningkatkan pangsa pasar, menciptakan kolaborasi dalam perusahaan, cara kerja
yang lebih baik, menciptakan peluang-peluang bisnis baru, menyempurnakan
pengembangan produk baru, system retensi karyawan lebih baik, meningkatkan mutu
produk dan layanan.
Dari hasil penelitian
dari Anantatmula (2005) hasil dan manfaat yang paling disuka perusahaan dari
hasil implementasi KM : meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan, meningkatkan
keterampilan karyawan, meningkatkan mutu produk dan layanan.
Model operasi KM
Dalam merancang model,
pengelola Knowledge harus melakukan analisa tentang kondisi ketersediaan
knowledge perusahaan untuk menentukan kebutuhan knowledge perusahaan, dan
mengidentifikasi unit serta personil yang mana yang membutuhkan knowledge.
Arsitektur operasi
Arsitektur operasi
terdiri dari 3 sub komponen yaitu proses, organisasi dan teknologi.
The tobing KM
Architecture semua komponen-komponen yang dianalisis digabungkan kembali
menjadi arsitektur KM tetapi dengan komponen-komponen yang lebih detail ditambah
dengan suatu elemen lain yaitu faktor pengaruh lingkungan strategis. Sesudah
melakukan system analysis dilakukan system
synthesis.
Arsitektur KM Telkom
Terdiri dari 4 komponen
utama yaitu knowledge worker sebagai
konsumen dan produsen knowledge, teknologi yang terdiri dari system distribusi,
repository, knowledge server dan
konten, input/output berupa objek yang membentuk dan dibentuk oleh
knowledge berupa strategi, perencanaan, pengembangan produk dan layanan serta
operasi infrastruktur dan pelayanan, change
management dan leadership yang digambarkan mengendalikan secara langsung
knowledge worker.
Dalam mendukung atau
mengakselerasi 3 proses utama dalam KM Telkom yaitu knowledge Acquisition (terjadi ketika para eksekutor proses bisnis
utama perusahaan menyadari bahwa mereka perlu untuk mempelajari knowledge
tertentu agar dapat mengeksekusi proses bisnis dengan lebih efektif yang
kemudian dengan bantuan knowledge base
dan knowledge map berhasil
mengidentifikasi knowledge source.
Penyelarasan strategi
KM dengan strategi bisnis perusahaan
Menurut kamus Longman
edisi 2003, strategi merupakan “planned
series of actions for achieving something” ata merupakan tindakan-tindakan
yang terencana dalam mencapai sesuatu.
Berdasarkan strategi
perusahaan yang telah ditetapkan, dirumuskan langkah-langkah atau inisiatif
yang ahrus dilakukan yang kemudian dilakukan identifikasi knowledge apa yang
dibutuhkan untuk mengeksekusi inisiatif. Setelah identifikasi, knowledge yang
dibutuhkan dapat dirumuskan dan diinventarisasi maka dilakukan knowledge gap analysis.
Integrasi knowledge
dengan proses bisnis
Untuk mengintegrasikan
knowledge ke dalam proses bisnis/manajemen perlu dilakukan hal-hal :
identifikasi proses bisnis, identifikasi metodologi yang digunakan untuk
pelaksanaan proses bisnis, identifikasi tool
yang digunakan untuk pelaksanaan
proses bisnis, identifikasi kualifikasi atau knowledge level dari
personil yang menjadi penanggung jawab dan eksekutor dari proses bisnis,
identifikasi input dari proses
bisnis, identifikasi output dari proses bisnis dan indicator
keberhasilannya, pemetaan kebutuhan knowledge untuk masing-masing proses bisnis
dan impaknya terhadap output suatu
proses.
Efektifitas
dan efisiensi KM
Ketersediaan knowledge
yang tinggi tidak menjamin KM di organisasi sudah berjalan dengan efektif. Knowledge overload dapat terjadi jika tidak ditemukan link yang tepat antara ketersediaan
knowledge dengan tingkat kebutuhan dan tingkat kestrategisan dari knowledge.
Kurang dinamisnya KM dapat menjadi penyebab dari factor ketidakefektifan dan
inefisiensi KM yang ditandai dengan adanya delay
dan gap antara kebutuhan dan peneydiaan knowledge dan
kurangnya kompetensi eksekutor inisiatif atau proses bisnis dalam menggunakan
knowledge yang tersedia.
Arsitektur operasi KM :
Proses
Proses-proses utama
dalam KM sangat bervariasi. Ada ayng membagiknya dalam 3 proses yaitu akuisi,
sharing dan utilisasi knowledge (Tiwana, 2000). De Jannet (1996 dalam Erikson
2006) menyatakan ada beberapa proses utama dalam KM yaitu knowledge creation, knowledge interpretation, knowledge dissemination
and use, knowledge retention and refinement. Ebrbagai literature memebrikan
pembagian proses utama KM yaitu knowledge
creation, knowledge retention, knowledge sharing dan knowledge utilization.
Pengoperasian
KM secara virtual
KM
Tool
dapat memfasilitasi knowledge creation melalui
forum-forum virtual seperti community of
practice dan special interest group.
Menjalankan
KM melalui forum tatap muka
Untuk proses knowledge creation lebih efektif jika
dilakukan melalui interaksi langsung manusia atau forum tatap muka. Contoh
bentuk forum tatap muka di PT.telkom ada pada table dibawah
No
|
Nama
Forum
|
Sasaran
|
Peserta
|
Frekuensi
|
1
|
SMT
(Senior management Team)
|
Review
implementasi strategi
|
Kepala
divisi, kepala pusat, deputi, senior manager, kepala representative office
|
1x
sebulan
|
2
|
OMT
(Operational Management team)
|
Review
performansi operasi dan tindak lanjutnya.
|
Kepala
divisi, kepala pusat, deputi, senior manager, kepala representative office
|
1x
sebulan
|
3
|
Budget
Committee
|
Memastikan
anggaran digunakan tepat sasaran dan tepat waktu
|
Kepala
divisi, kepala pusat, deputi, senior manager, kepala representative office
|
1x
sebulan
|
4
|
CSR
(Customer Service Review)
|
Memastikan
ditindak lanjutinya hasil survey kepuasan pelanggan.
|
Senior
Manager and Manager terkait pelayanan pelanggan
|
1x
sebulan
|
5
|
CAPEX
Board
|
Memastikan
Capex digunakan tepat sasaran dan tepat waktu
|
Senior
Manager (pengembangan bisnis, keuangan, performansi & pelayanan
pelanggan)
|
1x
triwulan
|
6
|
Dinner
award
|
Meningkatkan
moral kerja dan loyalitas karyawan
|
Senior
leader dengan karyawan berprestasi
|
Sesuai
prestasi karyawan
|
7
|
Family
gathering
|
Dukungan
keluarga karyawan terhadap kebijakan perusahaan
|
Seluruh
karyawan dan keluarga
|
1x
setahun
|
Untuk menarik minat
peserta, perlu kreatifitas yang tinggi dari pengelola KM tidak hanya dalam
pemilihan dan penataan ruangan, tetapi juga dalam pemilihan dan penyajian
topic-topik yang menarik, tema-tema diskusi sebaiknya diiklankan dengan
kalimat-kalimat yang provokatif.
Tantangan
pengoperasian KM : integrasi KM proses pengambilan keputusan
Peranan pengelolaan KM
yang efektif da[at dilihat jika KM sudah memberikan dukungan etrhadap
proses-proses utama yang eksis di perusahaan, misalnya proses : pengambilan
keputusan, intelijen bisnis, pengembangan produk dan inovasi, penyempurnaan
bisnis proses, pengembangan kompetensi personil.
Hasil keluaran dari learning ini terintegrasi dengan proses
pengambilan keputusan yang merupakan salah bentuk pemanfaatan knowledge.
Mengefektifkan
peran knowledge worker
Langkah-langkah untuk
mengefektifkan peran dari knowledge
worker (Dunamis, 2006) :
1. Bekerja
sama dengan mereka dan memastikan adanya target-target yang harus dicapai
dimana target tersebut sebaiknya dibicarakan dengan mereka dengan tuntunan KPI
(key performance indicators)
2. Beri
mereka tanggung jawab dan kebebasan untuk mencapai tujuan atau target yang
ditetapkan dengan cara terbaik menurut mereka
3. Pastikan
bahwa organisasi menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerjaan saat ini
dan juga untuk pengembangan ke depan
4. Tempatkan
mereka di lokasi kerja yang membuat mereka dapat lebih produktif (upaya
direkognisi dan dihargai oleh perusahaan dengan cara yang berarti).
Masalah
pengelolaan konten knowledge
1. Taksonomi
knowledge yang kurang efisien sehingga tidak mudah diakses dan ditemukan
2. Taksonomi
tidak fleksibel dan tidak dapat mengakomodir intuisi para pengguna
3. Konten
knowledge yang dikelola tidak selalu up
to date
4. Jumlah
knowledge yang tersimpan dalam repository
suatu system mengalami degradasi dari knowledge menjadi data yang kurang
bernilai strategis lagi
Kelangkaan
expert : assessment dan upgrading
Pembuatan direktori
knowledge tanpa tersedianya knowledge
source berupa expert adalah
menggambarkan adanya gap. Penyediaan
expert sangat penting karena dapat berfungsi sebagai knowledge seller (tempat siapa orang akan bertanya dan berdiskusi
tentang knowledge tertentu dan juga berfungsi sebagai pengelola disiplin knowledge
tertentu.
Prosedur
dan aturan : penggunaan bahasa, aturan, etika
penulisan. Aturan jangan terlalu detail sehingga memasung kreatifitas para
contributor atau atau menambah kerepotan atau kewajiban para pengguna yang
tidak perlu. Aturan bersifat etika umum dan tidak menyentuh substansi dari
konten knowledge misalnya menggunakan bahasa yang tidak provokatif namun
netral.
Dari
banjir informasi menuju banjir knowledge
Banjir informasi yang
terjadi di internet dapat juga terjadu dalam KM. Hal ini terjadi ketika
knowledge yang dapat diakses oleh pengguna terlalu banyak, banyaknya dokumen
yang sangat jarang diakses. Kebanjiran ini dapat diatasi secara strategis
seperti yang dilakukan dengan adanya kebijakan manajemen Telkom yang mewajibkan
semua pimpinan puncak untuk melakukan knowledge
sharing melalui Kampiun.
Banjir
IT Tool
Banjir IT Tool terjadi
ketika perusahaan menggunakan terlalu banyak media atau tool di dalam
operasinya. Ini mungkin karena makin mudahnya membangun aplikasi IT untuk
membantu berbagai aktifitas dan proses di dalam suatu perusahaan. Banjir ini
sering mengakibatkan duplikasi fungsi antara beberapa tool yang berbeda sehingga menyulitkan unit KM untuk mengendalikan
kanal komunikasi yang terlalu banyak.
Untuk mengatasi ini,
perlu dilakukan integrasi berbagai aplikasi IT yang digunakan di internal
perusahaan. Integrasi ini sering etrhambat ketika beberapa tool menggunakan platform yang berbeda. Untuk solusi yang secara
fundamental, dibutuhkan master plan IT yang mengatur dan merestrukturisasi
penggunaan IT termasuk penentuan platform aplikasi yang digunakan serta
penyederhanaan atau pengurangan jumlah aplikasi yang digunakan.
Perlakukan
partisipan sebagai pelanggan
Pengelola KM harus
memperlakukan contributor dan peserta sebagai pelanggan, artinya setiap keluhan
termasuk pertanyaan yang sangat sederhana sekalipun ahrus direspon dengan
kaidah-kaidah pelayanan yang baik.
Masalah
keamanan dokumen dan aplikasi
Untuk mengatasi masalah
ini, dalam rangka menjamin keamanan dokumen jika terjadi gangguan atau
kerusakan KM Tool, maka unit KM perlu melakukan back-up dokumen secara teratur. Aplikasi
KM Tool dan berbagai aplikasi lain yang mendukungnya perlu juga
diamankan, jadi semua aplikasi KM Tool
iperlu disimpan dalam disk khusussehingga
bila terjadi agngguan, kerusakan atau bencanam semua aplikasi perangkat lunak
dapat di install ulang. Kegiatan
pengamanan harus dijadwalkan dan dilaksanakan dengan disiplin.
Arsitektur operasi KM :
organisasi
Ketika manajemen suatu
perusahaan menetapkan strategi KM sebagai penjabaran dari strategi perusahaan,
maka proses bisnis dalam pengelolaan KM harus didefinisikan dan dibangun.
Pendefinisian peran dapat dilakukan dengan menetapkan hasil dan tanggung jawab
untuk setiap komponen-komponen organisasi (Galbraith, et al, 2002).
Pendifinisian pekerjaan dapat dilakukan dengan menyusun job manual yang berisi deskripsi pekerjaan, job requirement, job performance standard, job within organization
chart. Kemudian, proses selanjutnya adadalah menyusun struktur organisasi
dengan menempatkan peran dan pekerjaan dalam suatu posisi yang memiliki
otoritas formal dalam organisasi, termasuk penentuan di tingkatan mana unit KM
akan dicangkokkan, apakah langsung di BOD, dibawahnya atau asisten Direktur
atau ke level yang lebih rendah lagi. Sesudah struktur ditetapkan, dilakukan
proses perancangan mekanisme koordinasi dan komunikasi unit KM dengan komponen
atau unit-unit organisasi eksisting.
Karakteristik
organisasi pengelola KM
Karakteristik struktur
: tidak bersifat birokratis, prosedur administrative terhadap substansi
knowledge berada pada level yang minimal; unit-unit berbentuk sel-sel yang
meneybar di berbagai unit tetapi tetap berkoordinasi, tidak hirarkis.
Karakteristik personil
pengelola knowledge : seorang pemimpin yang dapat bersikap professional dan
egaliterm wawasan yang luas atau seorang generalis, memiliki professional networking yang luas baik
di internal maupun di luar, komunikatif, fasilitator.
Posisi-posisi penting dalam organisasi KM : chief knowledge officer,
assistant vice president knowledge management, senior officer KM operation,
senior officer KM System Development, Knowledge Management officer, Knowledge
Steward, Knowledge Retention managers, knowledge management working group,
knowledge management research.
Fungsi-fungsi
dalam unit pengelolaan knowledge :
1. Fungsi
pengelolaan perubahan
Agar perusahaan dapat secara sistematis
mendorong karyawan untuk terlibat aktif dalam program-program KM, dalam forum
virtual, dan dalam forum tatap muka.
2. Fungsi
pengelolaan Expert
Dibutuhkan agar perusahaan dapat
mengelola, memelihara dan mengembangkan kepakaran para expertnya. Fungsi ini
dapat dilakukan oleh expert manager atau
coordinator expert yang melakukan tugas-tugas : memastikan tersedianya expert,
melakukan taksonomi knowledge ebrdasarkan stream kompetensi, melakukan
identifikasi sumber knowledge dan meminta expert serta nara sumber untuk
membagikan knowledge dan expertsnya, melakukan updating dan evaluasi taksonomi
knowledge secara berkala, menyusun kebijakan pengelolaan expert, evaluasi dan
tindak lanjutnya, memproses penggantian dan pengangkatan expert, memenuhi
kebutuhan pengembangan expert berupa pelatihan, seminar dan kegiatan
pengembangan lainnya, mempersiapkan kaderisasi expert, menangani complain
pengguna yang menyangkut ketersediaan dan kualitas knowledge yang
didistribusikan melalui KM Tool.
3. Fungsi
operasi
Adalah fungsi yang memastikan
beroperasinya forum online melalui KM
Tool dan forum tatap muka.
4. Fungsi
performansi dan pengembangan
Bertujuan untuk memastikan bahwa operasi dan
aktifitas KM ebrlangsung pada jalur yang tepat dan menuju pencapaian objektif
yang telah ditentukan.
Distribusi
peran
Pembagian oeran yang
harus dilakukan oleh unit teknostruktur (pengelola knowledge sesuai dengan
disiplin knowledge dan fungsinya di bidang perencanaan), unit infrastruktur dan
produk (mengelola knowledge yang berkaitan dengan operasi dan pemeliharaan,
rekayasan pengembangan infrastruktur dan produk), unit sales dan distribusi
(pengelola knowledge yang berhubungan dengan pemasaran dan pelayanan serta
penyediaan expertnya), unit keuangan (contributor utama tentang knowledge yang
berhubungan dengan pelanggan) dan unit SDM (pengelola knowledge dan penyedia
expert untuk hal-hal yang berkaitan dengan SDM, serta bertanggung jawab dalam
menangani berbagai masukan/usulan dan pertanyaan).
Arsitektur operasi KM :
Teknologi
Teknologi
bukan penentu sukses KM
Robert Buckman
mengatakan bahwa teknologi merupakan aspek yang mudah, tetapi yang sulit adalah
mengubah budaya dan manusia, teknologi potensial menyesatkan para pengelola KM
jika pada bertumpu pada pengembangan teknologi KM tersebut, fokus berlebihan
pada teknologi dapat mengakibatkan terlupakannya inisiatif-inisiatif perubahan
budaya dan kepemimpinan yang merupakan faktor yang lebih menentukan
keberhasilan implementasi KM.
Budaya
pendukung KM
Budaya sharing, kunci
sukses implementasi KM
Budaya knowledge sharing merupakan budaya yang
perlu ditumbuhkan dan dirangsang dalam sebuah perusahaan yang ingin menerapkan
KM dengan efektif.
Untuk suksesnya
pembentukan budaya sharing sebagai
dari inti dari KM, perusahaan harus memenuhi berbagai persyaratan
organisasional atau kultural : peranan kepemimpinan berupa kemampuan merumuskan
visi, keterlibatan langsung, pemberian dukungan dan advokasi, budaya perusahaan
yang memebrikan iklim kepercayaan dan keterbukaan, perusahaan menghargai
knowledge, pembelajaran dan inovasi, perusahaan memiliki struktur organisasi
yang adaptif, adanya kemampuan organisasi dalam mengeksekusi proses
transformasi dengan mulus dan efektif.
Pengukuran
performansi KM
Beberapa alasan yang
mendorong perlunya pengukuran performansi KM :
1. Indikator-indikator
kinerja tradisional yang dianut sebagian besar perusahaan masih berfokus pada
masa lali
2. Indicator-indikator
kinerja dan hasil pengukuran yang digunakan oleh ebrbagai perusahaan saat ini
sangat sulit untuk dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan
3. Hasil
pengukuran kinerja lebih menggambarkan kinerja yang utuh, hasil pengukuran
sering memberi sinyal yang salah
4. Inidikator-indikator
performansi yang digunakan saat ini belum terintegrasi dengan strategi
perusahaan, tidak balance, terlalu berorientasi finansial atau bersifat jangka
pendek,
5. agar
manajemen dapat membuat keputusan yang benar,
6. agar
perusahaan dapat mencapai objektif strategis,
7. untuk
menerjemahkan strategi ke aktifitas operasional yang tepat,
8. agar
focus ada beberapa prioritas kunci,
9. untuk
bencmarking,
10. agar
dapat melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara kontinu,
11. agar
personil diberi tanggung jawab untuk pencapaian target perusahaan dan memberi
perhatian yang lebih focus pada area-area kritis,
12. untuk
mengarahkan dan membentuk perilaku.
Hambatan
dan masalah pengukuran performansi KM
Sulitnya pengembangan
pengukuran performansi KM disebabkan oleh berbagai masalah antara lain :
1. masalah
yang melekat dalam system pengukuran KM itu sendiri yaitu bahwa tidak mungkin
mengukur fenomena social dengan sesuatu yang mendekati akurasi saintifik
(Sveiby, 2004)
2. sulitnya
mengidentifikasi hubungan langsung antara inisiatif Km dengan performansi
perusahaan.
3. Manajemen
biasanya meminta indicator yang kasat mata, seperti dampak terhadap performansi
keuangan dan performansi operasional lainnya, walaupun indicator tersebut juga
dapat bersifat superficial
4. KM
biasanya bergerak dalam bidang softside dari
manusia seperti perilaku, pemahaman, intelektualitas, keinginan belajar,
keinginan untuk mempraktekkan apa yang diketahui dan dipelajari, serta daya
inovasi, yang semuanya sulit diukur efektifitas dan dampaknya terhadap
perusahaan
5. Semakin
beragam dan kompleksnya stakeholder atau
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi suatu perusahaan.
Intellectual
capital (IC)
Tom stewart (2001)
mendefinisikan IC sebagai knowledge that
transform raw materials and makes them more valuable, and company’s IC is the
sum of its human capital, structural capital, and customer capital.
Leif Edvinsson,
Skandia, dan Pat Sullivan mendefinisikan IC sebagai knowledge yang dapat
dikonversikan menjadi value. Kaplan dan Norton (2001) lebih menyukai penggunaan
istilah intangible assets daro pada intellectual capital, yang mereka
definisikan sebagai skills, competenciesm
and motivation of employees, databases and information technologies,effiencient
and responsive operating processes, innovation in peoducts and services,
customer loyalty and relationships, and political, regulatory, and societal
approval.
Model yang paling
popular dari IC adalah yang mengadaposi definisi dan model IC dari Tom Stewart
yang mengklasifikasikan IC menjadi 3 jenis capital
yaitu :
1. Human capital
menyangkut kompetensi, skills,
brainpower, ekspertis, kreatifitas, problem-solving
capability, leadership, entrepreneurial, dan managerial skills serta tacit
knowledge yang dimiliki karyawan perusahaan
2. Structural capital
merupakan kapabilitas knowledge dari perusahaan berupa teknologi, metodologi
dan proses, yang memampukannya merespon kebutuhan dan tantangan pasar.
3. Customer capital
menyangkut relasi, feedback, input
terhadap produk/layanan, suggestion,
experience, dan tacit knowledge dari
pelanggan. Istilah costumer diperluas
sehingga juga mencakup pemasok, distributor, dan otoritas atau pemain lain yang
dapat berkontribusi terhadap value chain.
Beberapa
pendekatan pengukuran performansi KM
1. Balanced scorecard
(BSD)
BSC
yang dikembangkan Kaplan dan Norton pada wal tahun 1990an merupakan pendekatan
yang semakin banyak digunakan di berbagai perusahaan untuk mengukur performansi
organisasi dan merupakan salah 1 metode yang diadopsi secara luas dalam KM.
keunggulan dari emtode ini adalah BSC secara langsung menghubungkan “learning” ke performansi proses, yang
selanjutnya akan terhubung ke performansi organisasi secara keseluruhan (Bose,
2004). Dengan BSC, organsiasi dapat mengarahkan dan memfokuskan semua sumebr
daya yang dimilikinya untuk mensukseskan strateginya.
2. Skandia
Navigator
Skandia Navigator adalah sebuah tool untuk mengavaluasi soft assets dari suatu organisasi, seperti system manajemen
pelaporan yang membantu manager memvisualisasi dan mengembangkan
indikator-indikator yang merefleksikan asset-aset intangiable, yang menuntun mereka memasuki masa depan (Malone,
1997).
Indicator IC Skandia navigator
dihasilkan melalui analisis dari 164 indikator/metric (91 berbasis intelektual
dan 73 berbasis finansial tradisional) yang mencakup 5 fokus area (Bose, 2004).
3. IMPaKT
Carillo, et al (2003) menawarkan sebuah
kerangka yang mengintegrasikan KM dengan performansi bisnis perusahaan, yang
disebut IMPaKT (improving management
performance through knowledge transformation). Kerangka IMPaKT
menggambarkan bahwa untuk dapat mengasses dampak dari KM, maka
inisiatif-inisiatif KM harus diselaraskan dengan objektif strategis dari
perusahaan melalui 3 tahapan yaitu perumusan strategi bisnis korporasi,
perumusan strategi KM, evaluasi dari strategi KM.
4. Department of the Navy (DON) Amerika Serikat
Menurut DON, KM memebri 2 manfaat utama
bagi organisasi (1) KM meningkatkan kinerja lembaga melalui peningkatan
efektifitas, produktifitas, kualitas, dan inovasi, (2) KM meningkatkan nilai
finansial dari organisasi melalui pengelolaan human capital atau knowledge sebagai asset yang bernilai sederajat
dengan model finansial dan modal tangible
lainnya.
5. Pendekatan
dari KEMA
Pendekatan yang berbeda dilakukan oleh
perusahaan rekayasa KEMA Belanda (Tiwana, 2000). Perusahaan ini menghitung
nilai dari seluruh pekerjanya dan membandingkannya dengan keuntungan yang
diperolehnya dari instalasi dan perbaikan system catu daya.
6. Pendekatan
dari Telkom
Di Telkom, jika mengacu pada pendekatan
DON, tahapan pengukuran KM saat ini masih dalam tataran pengukuran indicator
system. Sehingga belum etrintegrasi dengan sistem pengukuran performansi perusahaan
secara menyeluruh. Dimaan dalam KMTool tersedia
semacam dashboard yang menunjukkan
beberapa indicator system, seperti grafik pertumbuhan dokumen dan jumlah akses
per hari.
Pengembangan system pengukruan performansi KM yang
terintegrasi dengan sistem pengukuran performansi perusahaan sedang dalam tahap
pengembangan performansi perusahaan sedang dalam tahap pengembangan yang
disebut dengan CPM (Corporate performance
management).
CPM ini nantinya akan mengembangkan kerangka dan sistem pengukuran performansi perusahaan yang berbasis BSC.
CPM ini nantinya akan mengembangkan kerangka dan sistem pengukuran performansi perusahaan yang berbasis BSC.
No comments:
Post a Comment
Alamat Website