Pendidikan merupakan elemen
penting dalam memerangi kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Sungguh di
sayangkan, pelayanan pendidikan di Indonesia masih diwarnai permasalahan.
Masalahnya yaitu banyaknya guru yang tidak memiliki kompetensi sesuai syarat karena
guru honorer direkrut sendiri oleh sekolah dimana guru tersebut tanpa adanya
kualifikasi sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah, kesulitan akses terhadap
institusi pendidikan karena salah satu indikator SPM menyebutkan bahwa satuan
pendidikan harus tersedia dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki,
tidak ada atau kurangnya meja dan kursi untuk belajar, adanya pemilihan dan
penolakan dari guru, pihak sekolah/institusi pada calon atau murid penyandang
disabilitas seperti tuna netra, tuna rungu, dan sebagainya. Padahal, masyarakat
cenderung merendahkan penyandang disabilitas karena tingkat pendidikannya.
Namun, pendidikan masih belum juga berpihak kapada mereka. Kenapa ya? Padahal
teknologi sudah semakin maju.
Masalah juga mencakup adanya
kesenjangan kualitas sekolah seperti lemahnya manajemen, terbatasnya
infrastruktur, kacaunya administrasi. Infrasturktur juga tidak menjangkau untuk
penyandang disabilitas, khususnya tuna netra yang membutuhkan media braille,
suara, komputer bicara dan trailing, bukan hanya tuna netra, infrastuktur juga
kurang mendukung bagi penyandang tuna daksa yang kemana-mana harus mengenakan
kursi roda, tapi sekolah/institusi belum menyediakan jalan khusus dan trailing
untuk membantu.
Direktur Jendral Pendidikan Dasar
Kemendikbud yang bernama Hamid Muhammad berkata “Sekolah yang berada di bagian
timur Indonesia sering bermasalah dalam penyediaan buku pelajaran, kekurangan
infrastruktur banyak dialami oleh sekolah swasta karena anggaran yang tidak
mencukupi” di sela pemaparan Hasil Studi Terkini Standar Pelayanan Minimum
(SPM) di tingkat Pendidikan Dasar.
SPM sangat penting karena
perwujudan nyata dari dari pernyataan bahwa setiap anak di Indonesia berhak
mengecap pedidikan meski berada pada tingkat minimal. SPM membantu menyusun
jalur yang jelas bagi pemerintah, sekolah, dan komunitas untuk dapat terlibat
dalam mencapai tujuan ini.
Sumber :
Anonymous.
Memeratakan pendidikan bermutu.
Republika, 19 Desember 2014 halaman 19.