Selamat
datang di blog saya, kali ini saya akan menulis sedikit mengenai kesehatan,
pendidikan, sosial yang sebenarnya pernah di tuliskan di mana-mana seperti beberapa tulisan yang ada di
blog saya ini disini ataupun di dua blog saya yang lain yakni di http://tyaset4.blog.com dan http://tyasetarabitansardjono.wordpress.com, di blog kartunet, di kompasiana, namun saya memang belum pernah
menuliskan mengenai dhuafa atau miskin. Selamat membaca.
Sebelum
itu, mohon izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya adalah
pemerhati kesehatan, kenapa? Soalnya ini mencakup semuanya. Dan kebetulan, saya
adalah salah satu dari tenaga IMCI (Indonesia Medika City Initiator) yang ada
di departemen HID (Health Interconnection Development) di Depok yang merupakan
domisili saya. Mohon doanya. Dan Indonesia Medika adalah industri yang bergerak di bidang kesehatan.
Berbicara
mengenai kesehatan, di industri sendiri apabila kurang memperhatikan kondisi
lingkungan kerjanya dan kurang perduli kepada pekerjanya, maka bisa menyebabkan
terganggunya kesehatan fisik maupun kesehatan mental atau disabilitas mental (Psikologi).
Kesehatan fisik
itu salah satunya adalah terkena penyakit yang menyerupai Tuberkulosis. Dan
untuk kesehatan mentalnya berbagai macam bentuknya yang ini diawali dengan
stres yang datang baik dari lingkungan keluarga, lingkungan kantor ataupun
lingkungan masyarakat yang apabila tidak ditangani dengan cara yang tepat, maka
bisa menjadi gejala disabilitas mental dan apabila kurang tertangani dengan
baik, maka penderita bisa berakhir kepada gila atau kehilangan akal.
Gejala
disabilitas mental itu bermacam-macam ada yang berbicara sendiri, ada yang
kecanduan internet, ada yang terlalu percaya diri atau hanya memanfaatkan atau narsistik,
ada yang membalas dendam, ada yang berbohong, ada yang paranoid (suka curiga),
ada yang mendengar suara-suara, ada yang tertawa sendiri, ada yang tidak
memberika emosi (afek datar) dan sebagainya. Namun, untuk menentukan apakah
kita sehat secara mental, maka dibutuhkan tenaga ahli untuk melakukan beberapa
proses seperti wawancara, psikotes dan apabila di butuhkan, maka sang tenaga
ahli kesehatan itu akan merekomendasi untuk melakukan scan EEG.
EEG
adalah merekam aktivitas elektrik
di sepanjang kulit kepala yang dapat mengukur fluktuasi
tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak dan dalam konteks klinis, EEG mengacu
kepada perekaman aktivitas elektrik spontan dari otak selama periode tertentu,
biasanya 20-40 menit, yang direkam dari banyak elektroda yang
dipasang di kulit kepala (http://id.wikipedia.org/wiki/Elektroensefalografi).
Tenaga Kesehatan jiwa ini berupa Psikolog khususnya Psikolog klinis, Psikiater (dokter spesialis kejiwaan), perawat jiwa, dan caregiver (keluarga, teman atau lingkungan dari penderita yang kurang baik kesehatan jiwanya).
Biasanya,
saat orang sudah diakui terganggu kesehatan jiwanya, maka pendidikan di
keluarga dan lingkungan sosialnya juga akan ikut berubah atau mungkin malah sama saja. Namun, kebanyakan
lingkungan baik di keluarga ataupun di lingkungan sosial cenderung untuk
mengasingkan para penderita disabilitas mental ini.
Kenapa?
Hal ini dikarenakan para penderita disabilita mental ini adalah sosok yang
hanya bikin malu dan hanya bisa menyusahkan orang lain serta selalu membuat
mereka kehilangan kesabaran dalam menangani orang-orang yang memiliki masalah
pada kesehatan mental mereka. Padahal, orang-orang ini membutuhkan lingkungan
yang baik dalam mendukung selama proses penyembuhan atas diri mereka.
Seandainya
kita ada di posisi mereka bagaimana rasanya? Sendirian dan saat membutuhkan
pertolongan malah disuruh diam dan diusir keluar atau diberlakukan psikososial.
Satu
hal yang saya tekankan disini, mereka yang mengalami gangguan kesehatan baik
fisik ataupun mental tidaklah perlu untuk dikasihani. Kalau kita mengatakan
kasihan, pastilah tersinggung. Soalnya, saya sendiri juga begitu. Karena kebetulan
saya terganggu kesehatannya baik secara fisik maupun mental. Namun saya bisa bertahan atas izin
Tuhan tentunya dan bersyukur karena mengalami ini.
Ada pertanyaan
yang muncul lalu, gimana ya? Bingung? Tidak perlu bingung, mereka yang kurang baik kesehatan fisik ataupun jiwa atau keduanya hanya butuh
motivasi supaya hidup mereka bisa lebih bermakna dengan kondisi mereka yang
sekarang. Semoga tulisan di blog ini bermanfaat, terima kasih.