Asep mulai memperkenalkan produk
Jengkis dengan modal keyakinan yang tinggi pada makanan berbahan dasar jengkol
akan mempunyai banyak penggemar pada bulan Maret 2014. Ia mengenalkannya dari
mulut ke mulut antarteman dan relasi hingga ke beberapa pejabat pemerintah
daerah setempat termasuk Wali Kota Kota Bandung (Ridwan Kamil). Selain optimisme
itu, ia juga memutar otak supaya bisa memenuhi kreativitas dunia usaha di masa
kini.
Jengkol yang selama ini adalah
makanan yang kerap dianggap sebagai “Kekasih gelap” justru dibacanya sebagai
peluang dalam meraup Rupiah. Asep berkata “Alasannya sederhana, ini kan produk
perdana dan belum ada saingannya di ranah dunia usaha”.
Asep menuturkan bahwa saat ini
masih banyak yang senang makan jengkol walaupun merasa gengsi untuk memakannya.
Kini, harga jengkol setara dengan harga daging dalam takaran yang serupa. Hal
ini membuat makanan unik makin kian nyentrik.
“Mulailah Saya berpikir untuk mengolah jengkol seekslusif mungkin” ujar Asep.
Akhirnya, ditangan Asep,
terjadilah perubahan dari jengkol menjadi jengkis dengan jaminan rasa yang
lezat dan tekstur yang empuk. Selain itu, produknya di klaim mempunyai dampak
kesehatan yang baik untuk kesehatan karena bisa menyembuhkan dan bebas bahan
pengawet.
Bukan hanya itu saja, jengkolnya ini bebas dari aroma yang menjadi
bau khas dari jengkol. Kesemua ini berkat olahan jengkol yang dibuat oleh
istrinya dengan bumbu rendang.
Asep berkata “Syukurlah respon
memuaskan. Testimoni positif meluncur dari mereka yang telah mencoba rasa
rendang jenkol”.
Rata-rata orang yang awalnya sama
sekali tidak suka jengkol akhirnya jadi menyukainya setelah makan jengkis, hal
ini berdampak pada semakin banyaknya orang yang penasaran karena ternyata hal
ini disebabkan pembeli bisa memakan jengkol nikmat tanpa meningkalkan bau mulut
setelahnya.
Produksi jengkis pada awalnya
dibuat berdasar pesanan yang hanya mencapai 2 Kg dan kini menjadi 5 Kg per
hari. Label “Juragan jengkol” disematkan oleh orang di sekeliling Asep. Hal ini
tidak membuatnya malu, justru merasa bangga karena bisa membawa jengkol eksis
dan naik kelas.
“Lagi pula, Saya dapat rezeki
yang halal karena jengkis” ucapnya dengan santai. Setelah sosialisasi melalui
mulut ke mulut, Asep mulai merambah ke dunia maya dengan membuat blog sederhana
yang beralamat di http://jengkolistimewa.blogspot.com.
Asep belum memutuskan untuk
memasukkan Jengkis ke toko-toko kecil, ia berkata “Kita nggak pernah memasok
jengkis. Dibuat dadakan saja biar fresh.”
Untuk harga, jengkis per kemasan
dengan berat 200 dijual seharga Rp.15.000. dengan harga tersebut, Asep
mendapatkan keuntungan sebesar Rp.1.600.000. Asep berkata “Memang belum besar,
tapi ini baru awal menuju omset yang lebih besar”.
Pada tahun ini, 2015, Asep ingin
secara resmi meluncurkan jengkisnya berikut kios dan penyediaannnya di
outlet-outlet dengan target sudah memegang izin PIRT, cap halal MUI, dan
perizinan pemasaran lainnya. Dengan itu, Asep yakin akan semakin leluasa
merambah pasar nasional dan internasional.
Asep sudah memulai langkah awal
berdasarkan pesanan via SMS dan telepon yang membuat pesanan jengkis sudah
mencapai daerah Bogor, Banten, Jakarta, Serpong, Bekasi, dan Cirebon. Untuk
pemesanan di daerah tersebut, pengiriman dilakukan dengan menggunakan layanan
paket antarpos.
Antas jaringan dan pendekatan
relasi yang baik, jengkis sudah masuk ke Malaysia, Korea, Arab Saudi dan
Australia. Dalam suatu pameran UKM, Kadin Belanda menantang untuk mengekpor
karena adanya tren vegetarian di Belanda.
“Akan ada waktunya, tapi sekarang
kita ingin menyosialisasikannya ke pasar dalam negeri dulu sambil menyelesaikan
legalitas” ujar Asep.
Ada hambatan lain yang dihadapi
oleh Asep untuk usaha jengkisnya, yaitu masa kadaluwarsa yang membutuhkan
strategi. Saat ini, kadaluwarsanya hanya 4 hari dan nantinya akan menjadi 2
bulan setelah jengkis dikemas dengan pengemasan mesin vacuum sealer tanpa ada perubahan rasa. Mesin ini seharga Rp.14.000.000.
Sumber :
Halaman 32 Kreatipreneur.
Republika terbit pada hari Jumat, 19 Desember 2014. Asep Wahyu pemilik usaha
Jengkis mengubah jengkol menjadi camilan.
Konsep baru neh mbak, sukses yaaaa
ReplyDeleteoh gitu, ya mak, amin
Deletemakasih
wah, jengkol memang super.
ReplyDeletesaya suka jengkol :))
^^ oh gitu ^^
Delete