Coba-coba bikin tulisan untuk lomba blog
yang informasinya ada di www.sunpride.co.id. Oke deh, kita
langsung masuk yah. Buah, siapa sih yang tidak kenal dengan benda ini?
Benda yang bermanfaat untuk mejaga
keawetan muda Anda, menjaga kesehatan, dan kecantikan karena mengandung vitamin
seperti vitamin C, kandungan mineral.
Chef Addrian menganjurkan supaya
mengonsumsi buah sebanyak lima sampai tujuh kali dalam sehari bisa dengan cara
yang beragam yakni dengan memakannya secara langsung, di olah dan
menambahkannya dalam makanan, dan di jus.
Saat yang paling tepat untuk makan buah
adalah di waktu luang. ''Saya juga selalu sedia buah di tas, apel misalnya,
untuk dikudap saat terjebak macet,'' kata Chef Addrian.
Anda pasti sudah mengetahui bahwa
buah-buahan itu ada banyak jenisnya dan asalnya. Salah satunya adalah buah
Guava Crystal yang merupakan salah satu produk dari Sunpride yang banyak
mengira termasuk aku adalah produk buah-buahan impor ternyata hanya penamaan
yang kebarat-baratan saja.
Sumber gambar : www.sunpride.co.id
Guava Crystal atau yang sering disebut
Jambu batu atau bahasa ilmiahnya Psidium guajava adalah tanaman tropis yang
berasal dari Brasil yang disebarkan ke Indonesia melalui Thailand (sumber : www.sunpride.co.id).
Di Indonesia sendiri, banyak jenis-jenis
dan asal buah yang tidak kalau kualitasnya dibandingkan dengan buah impor.
Untuk jenis dan asal, aku ambil beberapa
buah. Aku mulai dari buah Jeruk, buah Jeruk sendiri ada yang berasal dari Bali
dan disebut dengan Jeruk Bali yang kulitnya suka dibuat mainan mobil-mobilan,
ada buah Jeruk Medan, ada Jeruk Pontianak.
Terus ada buah kedondong yang biasanya dimakan langsung
atau sebagai bagian dari rujak yang segeer. Hemm….ada buah apalagi ya?
Buah Duku, Buah Durian yang juga ada banyak jenisnya
contohnya adalah Durian Medan yang terkenal dengan isinya yang besar dan
bijinya yang kecil, Durian Juntak, Durian Mon Thong yang dikenal dengan
ukurannya yang besar beserta isinya yang banyak ini adalah buah asli dari Bali.
Duh ngiler soalnya aku ini pecinta buah Durian.
Terus ada buah kersen yang kecil, merah dan manis. Ada buah
mangga yang rasanya bermacam-macam dengan nama yang juga beragam seperti Mangga
Arum Manis yang terkenal dengan baunya yang wangi dan rasanya yang manis
walaupun buahnya masih dalam ukuran yang kecil.
Masih seputaran mangga, mangga tuu ada mangga manalagi,
mangga Golek (Buahnya memiliki panjang normal sekitar 0.9 meter, memiliki rasa
yang sangat manis dan lebih dominan ketimbang rasa asamnya. Saat buah terlalu
matang, maka kadar airnya akan bertambah dan rasanya hampir menyerupai buah
pepaya. Dalam kondisi matang sempurna, maka daging buahnya tebal serta lunak
dengan warna kuning tua menjurus ke oranye).
Lalu ada mangga Lalijiwa, mangga Manalagi (mangga ini
memiliki rasa yang serupa dengan perpaduan mangga golek dan mangga arumanis,
ukuran buahnya tidak terlalu besar dengan ketinggian pohon yang bisa mencapai
angka 8 meter. Buahnya berbentuk lonjong dengan ujung daun yang sedikit
runcing. Buah ini saat muda memiliki kulit hijau muda sedangkan pada saat
matang, kulit tersebit hijau tua dan dilapisi lilin sehingga terlihat kelabu).
Teruus ada mangga Endog, mangga Gadong Gincu, mangga Madu
dan Mangga Kemang (dikenal juga dengan nama Binjai atau Binlo Putih), mangga ah
mangga jadi ingat biasanya diidamkan oleh wanita yang sedang hamil, atau
dijadikan rujak atau juga dimakan setelah matang hemm manisnyaa.
Lalu kita ke buah Rambutan yang rasanya
kadang kayak nano-nano yakni manis, asam tapi tanpa asin loh.
Terus buah apalagi ya? Eeem…. Belimbing
yang rasanya bisa sama kayak buah Rambutan yang bisa dibuat rujak atau disantap
langsung, eh ada juga buah Belimbing yang dijadikan sayur yakni Belimbing Wuluh
yang rasanya hii kecut.
Apalagi ya…. Aku googling eh nemu buah Pepaya Calina, buah
ini ada yang bilang buah yang berasal dari Amerika namun ada juga yang bilang
buah yang merupakan hasil pengembangan bibit pepaya lokal oleh ilmuwan Institut
Pertanian Bogor (IPB).
"Pemberian embel-embel calina bertujuan untuk
menimbulkan kesan impor saja," kata Denny Rahmadi yang merupakan salah
satu pengusaha pembibitan pepaya calina di kota Depok propinsi Jawa Barat.
Pepaya ini bisa mendatangkan omset puluhan juta sebulan karena sekalinya
berbuah, pohonnya menghasilkan dua puluh lima sampai empat puluh buah pepaya
yang ukurannya besar. Wow!
Ada lagi loh buah-buahan, ada buah lobi-lobi, buah jambu
biji, buah jambu Monyet, buah Nangka, buah pisang yang jenisnya ada banyak
seperti Pisang Ambon, buah Cempedak (Kandungan vitamin C buah cempedak lebih
tinggi daripada buah nangka, kaya akan vitamin-A, memiliki kandungan serat yang
tinggi sehingga baik untuk pencernaan, memiliki kadar lemak yang rendah
(0.4g/100g) dan kadar energi yang tinggi (116kkal/100g).
Cempedak juga mengandung kadar air cukup tinggi sehingga
baik dikonsumsi tidak hanya untuk menghilangkan dahaga tapi juga mengurangi
risiko).
Selain itu, ada buah Blewah, buah kelengkeng yang bentuknya
kecil-kecil dan manis, buah Manggis (buah ini mengandung tingginya kandungan
zat Xanthone yang bermanfaat sebagai antiinflamasi dan antioksidan dapat
menghindarkan kita dari berbagai penyakit yang disebabkan peradangan seperti arthritis dan alzheimer,
serta bermanfaat mencegah pertumbuhan sel kanker dan tumor) yang sekarang ada
ekstrak kulitnya loh, buah manggis, buah Sawo, buah Sukun yang bisa dibuat kue,
digoreng dan dimakan langsung.
Yang membuat aku jatuh cinta pada buah lokal adalah rasa,
bentuk, kandungan gizi, dipetik dalam keadaan pematangan yang selesai,
warna-warni yang menarik, bijinya bisa disebar atau ditanam di pekarangan rumah
sehingga bisa tumbuh menjadi pohon dan hasil buahnya bisa dipetik serta
dinikmati secara gratis.
Yang lebih membuat aku jatuh cinta lagi ituu… buah lokal
lebih terjamin keamanannya karena bisa terhindari dari zat pengawet yang
biasanya dipergunakan buah-buahan impor selama proses pengiriman barang hingga
buah didapat serta terhindari dari bakteri.
Soalnya pernah ada kasus yang dituliskan oleh media
Merdeka.com dimana Apel jenis Granny Smith dan Gala yang berasal dari Amerika
Serikat diduga tercemar bakteri Listeria
monocytogenes sudah membuat orang menjadi korban meninggal sehingga ini
meresahkan seluruh dunia termasuk Negara kita tercinta, Indonesia).
Dan hal terakhir yang menjadi alasan juga kecintaan aku
pada buah lokal adalah karena keanekaragaman dari buah-buahan itu sendiri yang
sudah aku sebutkan di atas.
Ahli Gizi yang bernama dr Inge Permadi berkata, “Tidak ada
bedanya antara buah lokal dan buah impor”. Inge melanjutkan "Kandungan
gizi apel di dalam negeri dan di luar negeri kalau kita teliti sama, tetapi
sebenarnya bisa berbeda (rasa, bentuk) karena pengaruh daripada tanah (tempat
buah tumbuh)".
PDB menyebutkan buah nasional selama
2005-2010 naik sebesar 63,5 persen begitu juga produksi buah naik di kurun lima
tahun terakhir hingga 29,21 persen. Pada tahun lalu, produksi buah nasional
19,03 juta ton sedangkan impor hanya 667 ribu ton sementara ekspor buah
Indonesia 276 ribu ton.
Buah-buahan lokal juga bisa dikembangkan
dan dibuat bisa bersaing dengan kualitas ekspor loh. Ah masa sih? Iya! Caranya
adalah dengan meningkatkan kualitas buah-buahan menjadi kualitas ekspor.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Nus
Nuzulia Ishak berujar, “Hingga saat ini, ekspor buah eksotis Indonesia yang
terbesar adalah thamarin atau asam yang banyak dijual ke India”.
“Ada banyak yang akan kami pacu ekspornya setelah ini
selain thamarin. Misalnya saja, apel, salak, manggis, dan pisang. Negara
tujuannya mayoritas masih ke Tiongkok, tapi ada juga yang ke Australia,” tutur
Kemendag Nus Nuzulia Ishak.
Sunpride adalah salah satu perusahaan yang
telah membantu meningkatkan buah-buahan menjadi kualitas ekspor.
Semua berawalnya dari buah pisang Cavendish dimana kelas
konsumen menginginkan buah dengan kualitas ekspor dimana Martin dan timnya
menerapkan standar tinggi kepada buah-buahan yang dilepas ke pasar dengan label
Sunpride.
“Ini yang disukai pasar. Di Indonesia yang bisa konsisten
itu jarang. Konsisten itu misalnya di kadar kemanisannya. Kalau melon standar
manisnya 12, dia akan tetap 12. Tidak mungkin di bawah itu. Kalau di bawah itu,
pasti sudah di tolak di lapangan,”.
Untuk menjaga konsistensi rasa buah tidaklah mudah karena
dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk berksperimen hingga mendapatkan
hasil maksimal.
Dalam hal eksperimen, Martin berkata “Kebanyakan gagalnya
daripada yang berhasil. Kami cari lima bibit unggul lalu kami coba tanam di
berbagai tempat di Indonesia. Nanti yang akan nongol itu cuma satu, yang empat
gagal karena kurang manis, daya simpan rendah, produktivitasnya rendah.”
Setiap kali eksperimen, Martin membutuhkan lahan sekitar
5-10 hektar. Dan Lahan itu harus berada di tempat yang berbeda untuk ditanami
jenis bibit buah yang sama.
Untuk eksperimen yang paling singkat membutuhkan waktu satu
tahun, namun kebanyakan eksperimen membutuhkan waktu lebih lama yakni lima
sampai tujuh tahun lamanya. Wah lama sekali, yang paling enak mah tinggal hap.
Martin berkata “Setiap buah memiliki cerita eksplorasi yang
berbeda hingga menghasilkan kualitas terbaik, misalnya untuk pisang mas,
Sunpride memulai dengan menemukan pisang mas di daerah Jawa Timur”.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas buah-buahan dibutuhkan
sarana seperti adanya saluran irigasi, serta akses jalanan, angkutan kapal
pendingin yang belum dimiliki oleh Sunpride. Setelah penjelasan tersebut diatas
dan diatasnya lagi, buah apa yang Anda pilih? Lokal atau impor?
Oh iya, buah lokal nantinya kemungkinan namanya tidak
diizinkan menggunakan nama asing hal ini dikarenakan adanya terobosan dari
Rachmat Gobel, menteri Perdagangan yang menginginkan untuk mengangkat daerah
dengan membanggakan nama buah.
Pak Rachmat berkata “Misalnya, pepaya California. Kenapa
harus dinamai ‘California’ kalau ternyata berasal dari Desa Lumajang.
Seharusnya menggunakan nama pepaya Lumajang. Jadi, buah itu dapat diangkat
sebagai produk yang membanggakan daerah tersebut,” di sela kunjungan larut
malam ke Pasar Induk Osowilangun pada hari Jumat tanggal 13 Februari 2015.
Untuk menjual buah-buahan lokal juga
tidaklah sulit karena selama ini yang aku dengar adalah buah-buahan lokal
harganya lebih mahal daripada impor.
Caranya adalah menjual dengan memperhatikan mutu dan menjual
dengan harga grosir seperti yang telah dilakukan oleh para pedagang buah-buahan
di Pasar Kramat Jati, Jakarta.
Untuk persoalan mutu, otoritas pasar Kramat Jati bekerja
sama dengan Balai Pengujian Mutu Hasil Pertanian dan Hortikultura melakukan
pengecekan uji kelayakan buah setiap dua sekali dengan sampel 12 jenis buah
tiap kali uji.
Sumber :
Mantap ulasan tentang buahnya, Mak. Kaya akan informasi. Aku juga penyuka buah2an nih. Dan lebih suka buah lokal atuh ya :)
ReplyDeleteterima kasih
Deleteoh gitu
sedaaap ^_^
mungkin pengambilan nama yang ke bule - bulean karena orang kita malah lebih percaya produk luar ketimbang produk dalam negeri :(((
ReplyDeletemungkin juga
Deletemaap mbaak OOT yaak. anu, tiap paragrafnya terlalu panjang menurutku. mungkin bisa jadi 2 sampai 3 paragraf kalau dipisahkan :)
ReplyDeletetapi ini saran dan selera aja yaa
good luck mbaak
gpp
Deleteiya bbrp orng ngomong gt
mksh sarannya
sudah saya edit tp masdilihat lg gmn enaknya jd mungkin akan di edit lg
mksh mbak
walah, baru mau nulis. Sama dengan pendapat mak isti, menurut saya terlalu panjang isi paragrafnya. Coba dipotong-potong lebih pendek isinya, misalnya maksimal 4-5 kalimat, biar ga bosan bacanya. Maaf ya mak jika tak berkenan. Isinya sih sudah bagus, cuma kalau kepanjangan, agak ngos-ngosan juga ;)
ReplyDeleteoh gitu,
Deleteterima kasiii
iya mak maya ga apa-apa
ok, saya sedang edit-edit biar enak gimana, tadi sempat aneh tampilan tulisannya hehe
wahh jujur saya baru tahu loh guava crystal itu jambu batu...namanya kebarat-baratan..
ReplyDeleteoh gitu
Deleteartikelnya lumayan, terus berkarya ya bu
ReplyDeleteTerima kasi, untuk terus berkarya, Tyas kurang bisa berjanji :)
Delete