Pages

Monday, January 11, 2016

Psikologi dan disabilitas

Halo peserta Liga Blogger Indonesia 2016 (LBI 2016), dan juga para pembaca. Selamat datang di blog saya tercinta.

Perkenalkan, nama saya adalah Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono yang merupakan seorang mahasiswi dan merupakan penyandang disabilitas ganda.

Peserta LBI pada tahun 2015 tidak saya beritahu karena saya tidak ingin diberlakukan khusus, namun karena terjadi penurunan penglihatan jadi mau tidak mau saya harus memberitahu kalau saya menjadi penyandang disabilitas tunanetra low vision.

Dari 2012, saya mendengar halusinasi suara yang begitu kencang dan kini sudah agak melambat namun masih berlangsung hingga tulisan ini dibuat, entah sampai kapan ini berlangsung.

Saya memasuki S2 profesi Psikologi karena ingin membuktikan kepada seseorang kalau saya bisa mengikuti perkuliahan karena dianggap tidak akan bisa karena berat, serta beberapa alasan lain termasuk ingin membantu penyandang disabilitas Psikologi karena pernah menangani orang Schizophrenia namun saya merasa sedih karena tidak bisa banyak membantu.

Namun, pada kenyataannya, saya bisa menyelesaikan semua mata kuliah saya dengan baik, walaupun ada kendala dengan terjadinya penurunan penglihatan yang membuat saya jadi melamban dan juga dipersulit.
Seiring dengan berjalannya waktu, sesuatu terjadi.

Dulu, Psikologi adalah fakultas yang mustahil dimasuki oleh penyandang disabilitas. Loh kenapa? Ya, karena dulu orang beranggapan kalau tunanetra tidak bisa mengikuti perkuliahan di S1 Psikologi terutama karena harus melihat.

Kini, seseorang telah membuktikannya. Dia adalah seorang tunanetra total yang dapat menyelesaikan perkuliahannya dengan baik dengan dibantu teknologi.

Dia bernama Hendi Holgia yang akrab disapa dengan Ogi. Sedikit riwayat pendidikannya, Ogi SD di SLBA Payakumbuh 2001-2004, SDN 15 2004-2005, SMPN 6 Bukittinggi sampai tahun 2008, SMAN 2 sampai tahun 2011, 2011 baru masuk Universitas Indonesia.

Namun, sebersit pertanyaan  muncul. Kemana Ogi akan bekerja? Dunia kerja S1 Psikologi kan harus melihat, S2 Sains dan S2 Profesi harus melihat.

Jadi peneliti, jawaban angket kuesioner harus dilihat, hasil psikotes harus dilihat, observasi harus dilihat, wawancara harus melihat gerak gerik lawan bicara, bahkan di perusahaan banyak yang mempekerjakan S1 untuk menegakkan diagnose dari psikotes, administrasi Psikotes harus berjalan dan melihat.

Namun, ternyata, soal pekerjaan ia tidaklah perlu khawatir. Kenapa? Sebelum dia lulus, banyak tawaran pekerjaan menghampirinya.

Mengenai pekerjaan, ia berpendapat, “Menurut saya yang harus dilihat hanya observasi aja, kalau yang lain bisa dengan teknologi...” dan kini sedang mengerjakan skripsi, kita doakan semoga skripsinya cepat kelar.

Mau tahu banyak mengenai Ogi? Ogi memiliki beberapa jejaring sosial seperti salah satunya yakni akun Twitternya @hendihogia.

Sekian ulasan saya mengenai perkenalan kami. Terima kasih sudah mampir di blog saya tercinta.


5 comments:

  1. Wah keren sekali. Semakin bersemangat dalam mengejar sesuatu. Semoga sukses! :)

    ReplyDelete
  2. tetap semangat,,, :) belajar tak ada batasnya. jadi ingat apa yang pernah dikatakan Kiai saya dulu di pesantren. Belajar itu bagaikan menanam padi dan dunia itu bagaikan ilalang dan rerumputan. ketika kita menanam padi pastilah tanpa di tanam pun rumput dan ilalang pasti akan datang, tidak akan terjadi kita menanam rumput akan tumbuh padi di sela-selanya :)

    ReplyDelete

Alamat Website

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...