Pages

Monday, January 18, 2016

Perkembangan teknologi untuk disabilitas ituu

Teknologi terbaru untuk disabilitas yang terakhir saya baca adalah kursi roda elektronik yang dikembangkan oleh LIPI (Lembaga penelitian Indonesia) yang kantornya ada di Jakarta ke arah Grogol.

Katanya, kursi roda elektrik ini membantu penyandang disabilitas yang tidak bisa menggerakkan anggota badan dan penggunanya bisa menggerakkan kursi roda dengan memikirkan perintah di kepalanya.

Namun, kursi roda elektronik ini belum diujikan kepada penyandang disabilitas sehingga kita belum tahu apakah aka nada efek psikologi berupa keluhan karena tidak nyaman.

Bicara mengenai teknologi disabilitas, banyak instansi, organisasi dan perusahaan yang harus mengembangkan ini. Hal ini berguna supaya si penyandang disabilitas bisa mandiri.

Selama ini, dari pengalaman saya yang mengalami penurunan daya penglihatan merasakan dan mendengar bagaimana fasilitas dan sebagainya.

Mungkin, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan belum siapnya psikologi kita. Sehingga, sering saya dapati disabilitas diberlakukan karena kasihan, dipaksa berperan seperti non disabilitas.

Pemahaman orang mengenai disabilitas masih kurang. Baik itu pemahaman mengenai disabilitas fisik, disebilitas mental dan disabilitas perpaduan yang masih butuh edukasi.

Disabilitas fisik adalah keadaan kekurang mampuan individu karena fisik yang kurang dan tidak berfungsi. Disabilitas fisik salah satunya adalah tunanetra. Yang termasuk tunanetra ada tunanetra total, ada tunanetra low vision.

Penyandang tunanetra sangat dibantu dengan adanya teknologi seperti huruf braille, huruf timbul, tongkat putih, pembaca layar seperti Jaws/NVDA/narrator, pembesaran layar, penyetingan high contrast.

Disini, saya akan membahas satu teknologi yakni penyetingan high contrast. Fungsi dan manfaat teknologi ini adalah membantu sekali saya dalam mengakses netbook dan PDF sehingga tidak merasa silau, tidak sakit mata yang rasa sakitnya hingga kepala.

Teknologi ini sudah menyertai saya semenjak praktik kerja di PT. ANTAM pada tahun 2014. Teknologi ini membantu saya menginput data di laptop saat itu.

Teknologi ini bermanfaat juga untuk hal lain karena masih terus menyertai saya hingga sekarang. Dari merevisi laporan-laporan untuk sidang HIMPSI, konsultasi tesis, merevisi tesis, ngeblogging, ber-Facebook-kan, ber-Twitter-an, ber-internet, belajar di LIA dari level high intermediate satu sampai sekarang di high intermediate tiga.

Jadi saya bersyukur ada fasilitas ini. Kalau tidak hehe saya tidak bisa ngapa-ngapain. Seperti ini loh bentuknya


Namun, orang mungkin akan pusing dan mengeluh tidak nyaman, bahkan ada yang pernah bilang itu mengerikan apabila saya memperlihatkan atau meminta mereka menggunakan netbook dengan kondisi setingan high contrast. Padahal ya biasa aja.

Setingan high contrast adalah setingan dimana latar belakang warna adalah hitam dan tulisan dibuat berwarna.

Itu pembahasan salah satu teknologi yang dirasa bermanfaat karena memanfaatkannya. Lalu, kita kembali ke pembahasan mengenai disabilitas.

Disabilitas mental adalah keadaan kekurang mampuan individu dalam hal Psikologi, baik itu mengontrol emosi atau yang lainnya sesuai dengan jenisnya.

Dua contoh dari disabilitas mental adalah shizophrenia dan bipolar. Mau tahu mengenai itu? Bisa dicari di tulisan saya di www.kartunet.or.id.

Disabilitas perpaduan, ya itu ada. Hal ini dulu saya ketahui saat dulu pernah jadi relawan di Wisma Tuna Ganda di Palsigunung. Satu orang bisa menyandang beberapa disabilitas sekaligus.

Seiring dengan waktu, saya membaca buku yang ternyata ditulis dan ada buku yang menyebut Hellen Keller sebagai penyandang disabilitas ganda yakni tunanetra dan tunarungu.

Para penyandang disabilitas sering membuat saya terkagum-kagum, walau sulit saya untuk beradaptasi di lingkungan mereka karena dulu saya di blokir dari beberapa grup disabilitas, saya juga pernah di bully, di usir.

Yang ironinya adalah karena pemahaman mengenai disabilitas yang kurang, saya pernah mengalami ditertawakan, dikatai gila, dipukul, ditendang, diteriaki, dipaksa melihat kertas, dipaksa melihat dalam keadaan sakit, dibiarkan sama orang, diadukan, dilihat dan fokus pada kekurangan ga bisa inilah ga bisa itulah, diceritakan sama orang-orang saat saya keluar menggunakan tongkat putih, saat mau membayar ongkos malah disuruh dibawa saja kan ngga enak banget itu. Karena pemahaman ini, membuat saya malu.

Bukan hanya saya saja yang malu, beberapa tunanetra lain juga banyak yang malu menggunakan tongkat putih karena perilaku orang (Psikologi) mempermalukannya, mencelanya.

Ha… bicara soal fasilitas. Coba saja lihat jalan-jalan di dekatmu? Apakah berlubang? Apakah ada trailing? Apakah datar jalannya? Itu menyulitkan penyandang kursi roda mengakses jalan.

Buat naik kendaraan umumpun begitu, para penyandang kursi roda banyak ditolak sama kendaraan umum.

Dulu, saya pernah dengar cerita, ada seorang nenek yang menggunakan kursi roda didampingi suaminya, mereka dicela, dihina-hina. Hallo nuranimu pada kemana?

Jalur bus TransJakartapun muter muter jauh sekali, mau ke haltenya kebanyakan tangga dan tangga, bagaimana penyandang kursi roda bisa mandiri?

Lalu untuk mandiri apakah harus menggunakan taksi dan mobil? Hallo, tidak semua penyandang disabilitas berada di kelas menengah keatas.

Fasilitas-fasilitas disabilitaspun dikit-dikit uang, masuk ke sekolah luar biasa bayarannya lebih mahal dari masuk sekolah biasa, belum lagi beli peralatan ini itu yang harganyapun banyak yang tidak terjangkau apalagi teknologi untuk disabilitas wiiih harganya bisa selangit. Hallo, tidak semua penyandang disabilitas berada di kelas menangah keatas.

Gimana penyandang disabilitas mau berada di kelas menengah keatas? Fasilitas seperti lapangan pekerjaan saja sulit sekali, kalaupun ada itu-itu saja tidak berkembang seperti di Negara di luar Indonesia, masuk kerjapun yang penting kerja sehingga kurang memperhatikan kompetensi diri.

Fasilitas juga dirasa kurang untuk penyanda disabilitas tunanetra dimana ketika melakukan administrasi di Bank, mereka didiskriminasi sehingga mereka menciri Bank yang ramah.

Ke mall-mall, hotel, Rumah sakitpun masih ada yang tidak menyediakan fasilitas untuk tunanetra.

Walaupun ada beberapa mall-mall, hotel seperti salah satu contohnya B&B yang ada di Jakarta Utara, Rumah sakit menyediakan tombol lift bercetak braille seperti salah satu contohnya adalah Hasanah Graha Afiah (RS. HGA). Itu dicetak dengan adanya teknologi.

LIA Cibubur yang gedung barupun liftnya nomornya timbul, bentuk trailing ditangganya memandu dan memudahkan, ada lantai landai itu memudahkan disabilitas pengguna kursi roda. Itu dicetak dan didesain dengan adanya ilmu dan teknologi.

Bicara fasilitas, aplikasi-aplikasi di HP Android gitu kurang bisa akses sama Talkback/Shineplus. Padahal, tunanetra mau melakukannya mandiri.

Biasanya, dulu fasilitas dan teknologi tergaung beritanya di www.kartunet.or.id.  

Fasilitas juga harusnya didukung dengan memikirkan aspek ergonomis, dan dukungan perilaku manusia (Psikologi).

Itu si menurut saya, menurutmu gimana? Bagaimanakah kedepannya untuk teknologi ini?


31 comments:

  1. penyandang disabilitas memang masih kurang diperhatikan di negara tercinta ini. hal ini diperburuk dengan respon masyarakat terhadap penyandang disabilitas. mungkin karena kurangnya pemahaman mereka. saya waktu kuliah juga punya teman tunanetra, hampir tiap hari saya mengantarnya ke simpang kampus untuk naik angkot ke kosnya. karena rumah kami berbeda arah, jadi beda angkot, untungnya para supir angkot di Medan tergolong baik. saya tinggal bilang ke supirnya teman saya itu turun dimana. penumpang yang lain pun juga turut membantu saat ia hendak turun.
    semoga ke depan penyandang disabilitas bisa lebih diperhatikan ya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya memang masih kurang diperhatikan di negara tercinta, Indonesia.

      Oh gitu, kisahnya menarik

      iya semoga ke depan penyandang disabilitas bisa lebig diperhatikan, amin

      Delete
  2. emm, baru tau malah kalau ada aplikasi seperti itu.
    iya, harusnya sih di halte dibuat yang lebih friendly gitu, tapi sepertinya sih engga, masih ada yang biasa-biasa aja.
    benar, Hellen Keller juga menginspirasi. :)
    semangat, mbak. nggak usah takut sama bully!
    semoga fasilitas yang ada semakin friendly sama siapa saja. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh baru tahu ada aplikasi ini
      iya seharusnya di halte dibuat yang lebih friendly nyaman dari sisi Psikologi

      iya mba Dini,

      amin, smeoga fasilitas yang ada semakin friendly sama siapa saja dimana saja. amiin ^^

      Delete
    2. wah saya seperti yang saya perhatikan di Yakitunis Yogyakarta, para disabilitas netra yang masih low fision juga mereka menggunakan aplikasi seperti yang mbak Tyasetya gunakan.
      Untuk saat ini fasilitas umum di jogja, khususnya di kampus saya UIN Sunan Kalijaga juga sudah banyak memfasilitasi layanan untuk teman2 difabel.
      Semoga untuk taraf nasional Pemerintah bisa juga memperharikan lebih kepada saudara2 kita ini

      Delete
  3. saya penasaran sama aplikasi atau software-nya yang high contrast itu mbak. soalnya suami saya lagi ada keluhan dengan matanya. tidak tahan lihat cahaya apalagi lampu LED. padahal kerjanya di depan komputer. tiap hari ditetes obat tetes mata dan kadang disalep mata. sedih juga karena memang suami saya harus duduk mantengin data di laptop.

    @diahdwiarti

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh gitu. itu komputernya pake apa? windows berapa? kalo windows 7 saya bisa bantu pandu

      Delete
  4. Hellen Keller pernah membuktikan, bahwa memang tak ada yg tak bisa, jika kita mau berusaha.

    ReplyDelete
  5. Semoga ke depannya fasilitas untuk penyandang disabilitas lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah ya mba dan banyak yang mengembangkan perangkat teknologi yang lebih bersahabat lagi untuk peyandang disabilitas :)

    @gemaulani

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin, semoga ke depannya fasilitas untuk penyandang disabilitas lebih diperhatikan lagi sama pemerintah dan banyak yang mengembangkan perangkat teknologi yang user friendly.

      Delete
  6. Teknologi yg semakin berkembang semoga di ikuti pula utk memadai fasilitas dan kebutuhan bagi para penyandang disabilitas

    ReplyDelete
  7. semoga pada tahun 2016 ini, kita lebih peduli dengan mereka (disabilitas) untuk menciptakan sebuah teknologi bagi mereka walaupun berupa bantuan kecil

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin, semoga pada tahun 2016 ini dan juga tahun selanjutnya, kitya lebih peduli dengan disabilitas walaupun berupa bantuan kecil dengan menciptakan sebuah teknologi bagi disabilitas.

      Delete
  8. Di Pati mah, fasilitas untuk penyandang disabilitas bisa dikatakan tidak ada. INdonesia memang bukan negara ramah untuk penyandang disabilitas.

    @rizalarz

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh di Pati fasilitas untuk penyandang disabilitas bisa dikatakan tidak ada, iya Indonesia memang bukan negara ramah disabilitas, dari dulu hingga entah kapan. Huuuft.

      Delete
  9. Teknologi udah maju, ya Mbak, bahkan kursi roda elektronik pun bisa bergerak mengikuti perintah pemiliknya :)

    ReplyDelete
  10. Iya nih lumayan mahal harganya ya... kasihan juga yang berada di kelas menengah ke bawah :(

    @amma_chemist

    ReplyDelete
  11. wahh mbak tyaseta juga menginspirasi saya, salut sama semangatnya,,,
    high contrast bermanfaat bgt yaa
    @chikarein

    ReplyDelete
  12. jadi inget pelajaran saya ada biografi singkat ttg Hellen Keller.
    Tentang fasilitas utk disabilitas, mungkin pemerintah harusnya dapat menyediakan secara gratis untuk yang kurang mampu ya :')

    @umimarfa

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh gitu
      soal perintah nyediain gratis saya belum setuju yang penting itu dia bisa bekerja sehingga ga ngemis. kasi gratis kan ngebebani anggaran pemerintah.

      Delete
  13. baru tahu kalau itu fungsinya tampilan high contrast. hehe

    eh, kalau bikin komentar di blog ga usah menuliskan link blognya ya. ntar bisa dianggap spam lho...

    @f_nugroho

    ReplyDelete
    Replies
    1. o baru tahu itu hogh contrast.
      he hehe ya ada beberapa yang anggap spam karena sayapun pernah di spamkan. tapi itu naikin rank alexa loh

      Delete
  14. Semua kantor pemerintahan di Boyolali sudah friendli sama difabel khususnya pengguna kursi roda. tinggal transportasi umum yg belum.

    @Wawa_eN

    ReplyDelete

Alamat Website

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...