Aku adalah zombigaret. Zombigaret itu adalah orang yang
kecanduan merokok. Setiap hari, aku menghisap rokok minimal satu bungkus. Saat merokok,
aku merasa tenang, namun aku kebingungan pada saat tidak memiliki uang untuk
membeli rokok. Hal ini dikarenakan aku hanyalah seorang kuli bangunan yang
harus menghidupi keluarga.
Sekalipun kesulitan dalam perekonomian, tapi aku tidak
perduli karena yang penting buat aku adalah merokok. Padahal, aku pernah ke
puskesmas dan di rujuk dengan menggunakan JAMKESMAS untuk ke Rumah sakit karena
batuk berdahak beserta sariawan yang tidak kunjung sembuh. Ini juga setelah di
nasehatin sama beberapa orang untuk berobat.
Dadaku sering sesak, aku sering terpotong saat bicara dengan
“Uhuk, uhuk” yang sering di protes sama orang “Berisik kamu”. Lantas, aku harus
bagaimana untuk bersosialisasi? Ini sering membuat aku kalut, hidup segan mati
tidak mau. Kenapa harus mati? Kan bukan zombigaret dong namanya, tapi
hantugeret. Kok hantugeret, iya hantu tergeret jadi gentanyangan di dunia dan
tergeret di neraka.
Hari itu, tepat pada Selasa, 29 April 2014 aku di RS. Awalnya
diminta ke dokter umum, namun aku diminta ke dokter THT (telinga, hidung, dan
tenggorokan), akupun diminta untuk melakukan beberapa periksaan, ternyata aku
terkena kanker mulut dan tenggorokan. Kemudian, aku juga diminta ke dokter
paru-paru dan aku diminta untuk melakukan tes reak yang diambil selama tiga
hari berturut-turut pada pagi hari dan tahukah bagaimana rasanya diambil dahak
pagi-pagi dengan memaksakan dahak untuk keluar? Sakitnya bukan main, rasanya
seperti mau mati, lalu aku juga harus scan Thorax, periksa darah dalam seminggu
semua hasil tes harus sudah ada dan aku harus kembali ke dokter paru-paru
tersebut. Ternyata, aku mengidap kanker paru-paru. Dokter berkata hidupku tinggal 20 tahun lagi.
Lengkap sudah penderitaanku karena mendengarkan pernyataan
dari dokter-dokter tersebut, ternyata penderitaanku bukan hanya itu saja, semua
orang semakin menjauhi diriku kaena takut ketularan. Siksaan ini belum
berakhir, aku harus dikeluarkan dari pekerjaanku sebagai kuli bangunan. Kenapa?
Soalnya kerjaanku semakin lama semakin lambat.
Namun, rokok tidak pernah berhenti terhisap di mulutku. Hal ini
dikarenakan aku selalu dikasih uang dan dibiarkan senang-senang oleh
anak-anakku yang sudah bekerja, oleh saudara-saudaraku yang rata-rata
zombigaret juga ternyata. Hal ini aku ketahui setelah aku menceritakan bahwa
aku mengidap penyakit kanker mulut, kanker tenggorokan, dan kanker paru-paru. Namun,
mereka hanya mengidap satu penyakit saja dan lagi-lagi karena berbeda, akupun
diasingkan dari keluargaku sendiri. Betapa menyedihkannya kondisiku ini.
Lama kelamaan, istriku, anak-anakku juga lelah mengurus
diriku, mereka sudah tidak sanggup lagi untuk menanggung biaya untuk membeli
obat-obatan untuk menyambung nyawaku sebagai penderita kanker. Apalagi mereka
juga harus membelikan makanan dan minuman sehat untukku seperti sayuran hijau,
buah-buahan, namun karena aku yang lama-lama bosan dengan menu yang
begitu-begitu saja, maka aku ngomel “Ini kok makanan dan minuman kaya gini?”
sambil melempar piring.
Awalnya, mereka hanya diam saja. Lambat laun Istri dan
anak-anakku berkata secara pelan “Mohon mafkan kami bapak, tanpa mengurangi
hormat kami yang sudah kurang sanggup dalam bersabar merawat bapak, khususnya
karena keluhan bapak yang tidak habis-habisnya serta perkataan kasar yang
merendahkan kami serta sumpahan ke kami sebagai anak-anakmu, maka kami
menyatakan mengundurkan diri dan memutuskan untuk pindah ke rumah saudara yang
lain.”
Ya sudah! Aku bisa hidup sendirian kok! Ternyata, aku sulit
bangun, sulit berjalan, sulit makan dan minum, bahkan tanpa ada siapapun yang
memberikan perhatian dan akupun membayangkan perkataan salah satu anakku yang
berkata “Pak, makan dulu ini”. Rasanya sungguh tersiksa.
No comments:
Post a Comment
Alamat Website