Foto diambil pada 23 Februai 2013
Menjelang lebaran dan saat
lebaran banyak yang berbondong-bondong ke makam sambil membawa air yang akan dibacakan doa, yang
disebut juga dengan nyekar.
Nyekar berasal dari kata sekar
yang dalam bahasa Jawa berarti bunga dengan mengacu kepada tradisi tabur bunga
di makam yang sudah menjadi tradisi turun temurun, meskipun belum tentu
memahami maknanya. Apakah makna dari nyekar yang sesungguhnya?
Tradisi menabur bunga bukanlah
tradisi Islam melainkan tradisi Jawa yang bersentuhan dengan Hindu. Dalam Islam,
nyekar adalah memanjatkan doa tanpa menggunakan apapun.
Adanya ritual berdoa di
makam leluhur sambil membakar kemenyan, dupa, dan melakukan sesaji di makam
adalah pengaruh dari agama Hindu.
Prof. Dr. Damardjati Supadjar,
Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada berkata “Nyekar sebetulnya
merupakan bagian dari tradisi kejawen.
Dalam tanggalan Jawa, nyekar dilakukan
pada bulan Ruwah dimana dalam kalender Islam jatuh pada bulan Sya’ban dengan
tujuan untuk mengingat kembali bahwa roh itu abadi dan mengambil nilai
kehidupan yang sudah meninggal supaya bisa diteladani generasi berikutnya.
Masyarakat etnis Tionghoa juga
mengenal tradisi ini meskipun dikenal dengan istilah yang berbeda, Ceng Beng
yang jatuh pada bulan April dengan tujuan menghormati leluhur.
Munjid mengatakan “Maknanya ebih
agar seseorang tak lupa tentang hakikat hidup yang sedang dijalaninya. Juga,
agar ia tak mengalami disorientasi, tidak terperangkap oleh cil-de-sac kenyataan hidup. Sejatinya,
ketika seseorang nyekar ke makam orang tua, ia sedang mengikuti proses
pengukuhan kembali keyakinannya dengan menggunakan makam orang tua atau leluhur
sebagai tambatan sekaligus cermin”.
“Kalau seseorang tidak bisa
memakna tradisi nyekar, berarti hanya ritual saja. Tetapi, jika ia bisa mengambil
makna dari tradisi litu, ia akan bisa menggapai keabadian dalam masa hidup yang
begitu pendek di dunia” ujar Damardjati yang disambung “Melestarikan nama baik
leluhur, itulah yang lebih penting daripada nabur bunganya. Minimal mengenang
sisi baik orang yang sudah meninggal, lalu bertekad untuk menjadi lebh baik,
insya Allah akan beramal yang abadi”.
Damardjati mempunyai persepsi
unik tentang nyekar. Nyekar juga berarti mendendangkan lagu-lagu kehidupan.
Dalam budaya Jawa, semua
termaktub dalam nama-nama tembang macapai. Macapai sendiri mengandung makna
yang sangat tinggi denga urutan Mijil (lahir), Sinom (agar perempuan menjadi
sinom perdop dan pria menjadi maskumambang atau di masa pertumbuhan menyerap
ilmu sebanyak-banyaknya), asmorondono (cinta kasih), dandanggala (bisa
membedakan mana yang manis karena tidak semua yang manis itu gula), durma
(darma/bebruat baik kepada sesame), pangkur (menyingkirkan hawa nafsu dan
angkara murka), gambuh (memasuki kehidupan pernikahan), megatruh (memutus roh),
kinanti (menjadi tujuan hidup dengan menjadi hamba yang disayang Allah).
Sumber :
Yusrini, Fiki. Ketika nyekar
tiba. Femina No.35/XXXVIII terbit pada 4-17 September 2010.
dulu, saya kalau ke makam sm ortu nyekar kakek nenek suka bawa air dan bunga, stelah tau sih, ga bawa apa2, yg penting berdoa :)
ReplyDeleteHmm gitu
DeleteIya
:)
iyaa gituu
ReplyDeleteiyaa gituu
ReplyDelete