Lanjutan dari review di http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com/2015/02/review-spiritual-salah-kaprah.html, aku mereview dimana review ini diikutsertakan pada lebih dari satu reading challange, dimana salah satu informasinya bisa dibaca di http://yukmembacabukuislami.blogspot.com/2014/12/islamic-reading-challenge-isrc-2015.html.
Sangkan, Abu. (2008). Spiritual
salah kaprah mengupas tuntas keraguan spiritual antara GOD-SPOT- G-SPOT-
MAD-SPOT- dan SUFI SPOT. Bekasi : PT Gybraltar Wahyamaya.
God spot adalah respon pada otak ketika manusia membicarakan Tuhan
seperti saat bertanya dimanakah tuhan?
Saat inilah terlahirlah pemahaman aliran setanism, menyembah jin,
menyembah matahari, menyembah bulan, dan aliran lainnya.
Namun, bila kita mau untuk membandingkan meditator atau spiritualis
yang memiliki persepsi sendiri dengan spiritual nabi dan rasul yang mengalami
spiritual yang tinggi yang sulit dipersepsikan oleh pikiran atau apa pun dimana
spiritual bukan agama karena atheis atau filsuf dari filsafat bisa melebihi
dasar agama formal dengan tingkat kebijakan tersendiri yang merupakan ciptaan
pikiran (mindset) atau persepsi sendiri.
Selain itu, orang juga bisa bereaksi tiba-tiba jatuh dan menyungkur
secara spontan serta refleks karena jiwa bersifat bebas dan tidak terikat waktu
bahkan dapat mampu mengatasi stress secara mendadak. Saat proses ini terjadi,
maka secara otomatis akan mengalami reaksi G-spot.
G-spot ialah reaksi saat kita melakukan deteksi antara perbuatan
zina dan tidak zina atau perbuatan yang melanggar aturan dan norma yang berlaku
yang apabila dideteksi secara ilmiah akan terlihat sama saja, hal ini dibuktikan dalam penelitian yang
menyamaratakan orang yang mengidap penyakit epilepsi (kejang), mengalami
pengalaman mistik, atau yang terganggu mentalnya, gangguan ini juga dialami
oleh Rasulullah SAW di Ji’rana pada saat mendapat wahyu dengan mengalami
guncangan hebat pada tubuhnya bahkan sampai terdengar suara orokan karena
beliau memiliki sifat ummi yakni buta
huruf dan buta dalam cara menulis sampai beliau dituduh oleh orang orientalis
memiliki epilepsi.
Lalu, disamping itu ada suatu kejadian G-Spot juga, yakni dimana
ada seorang turis yang bermaksud ingin memberikan nasihat penting demi kemajuan
anak muda yang sedang nongkrong dengan berkata “Mengapa kalian menghabiskan
waktu muda dengan nongkrong seharian tanpa memperdulikan hidup padahal bisa
cari potensi dengan ikhtiar mati-matian buat mengumpulkan harta jadi di saat
tua bisa santai”, namun mereka menjawab “Kalau hanya cari santai gampang bisa
berjemur bertelanjang dada untuk berjemur, dan kami lebih jago, buktinya kami
duduk seharian disini”.
Ada sebuah pernyataan yang melengkapi kalimat sebelumnya dimana
saat muda juga melakukan gengsi serta pamer materi serta saat tua baru belajar
agama dan mendekatkan diri pada Tuhan, namun setelah kita masuk usia pensiun
yakni pada usia diatas 50 tahun dimana tubuh semakin menyusut, energi semakin
berkurang, adaptasi karena biasa sibuk sehingga mengalami kesetressan yang
tinggi dan melampiaskannya pada hobi, hobi jalan, cuman betah di rumah sendiri,
emosi semakin labil, keterbelakangan otak yang mundur yang mempengaruhi sifat
dan perilaku yang kekanak-kanakan (seperti minta permen, merengek, minta
disuapin, menyimpan barang di kolong kasur, mengences, dimandikan, dicebokin,
dipakaikan baju) karena keterbatasan panca indera yang fungsinya menurun secara
drastis, serta disertai dengan keterpurukan zat kimia di lidah karena reseptor
rasa membuat cita rasa makanan jadi aneh, hal ini malah membuat kekecewaan yang
teramat dalam karena kehilangan kenikmatan setelah tua.
Sebenarnya bukan hanya kekecewaan saja, kemarahan karena ketidaknyamanan
pada diri walau sudah berhasil membuat orang iri, lalu menjadi lahir jadi
perilaku menggosip (melebihkan kesalahan), dendam dan dengki, kesedihan, takut
serta emosi negatif lainnya yang berujung pada keputus asaan, satu perasaan
saja sudah membuat kita jadi suuzon sama Allah dan semua makhluk ciptaannya
serta akan memancing rasa tidak bersyukur dengan mengeluh dan menggunjing orang
dibelakang yang mengakibatkan kita tersiksa di dunia seperti sulit tidur, gelisah,
khawatir, dilanda penyakit fisik (stroke, koma, dan lain-lain) dan penyakit psikis,
macetnya rejeki, berperilaku lain seperti ketidakpercayaan, menyendiri,
melamun, telat makan, menunda pekerjaan, tidak perduli sama diri, pasangan,
anak serta lingkungan, merendahkan, membatasi diri dan orang lain, melampiaskan
pada hal lain, membuat keringat dan kotoran lebih bau, membuat baju cepet
bolong-bolong, sulit saat meregang nyawa, mendapat siksa di alam kubur, dan di
alam akhirat baik karena faktor ketersengajaan maupun ketidaksengajaan seperti
dalam teori the secret sebagai panggilan atas doa buat diri sendiri dan
lingkungan, na’udzubillah min dzalik, semoga Allah mengampuni dosa kita yang
membaca ini, insyaallah.
Diluar dari pembahasan diatas, saya akan menjelaskan dua hal lagi
yakni : proses Mad spot yaitu posisi antara G-spot dan Sufi spot dalam
menemukan jati diri dimana mengalami proses kelupaan, eror dalam kiblat dan
ibadah lainnya, bisa mengetahui takdir, atau istilahnya emosinya sedang galau
dan bingung yang secara otomatis dengan disertai usaha yang akan membuat
individu menemukan yang terakhir yang dikenal dengan Sufi spot.
Sufi spot yakni perjalanan terakhir dalam tatanan yang telah
dituntun dan setelah menemukan jalannya sendiri di dalam berketuhanan dengan
kesadaran murni seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW yakni dengan berzikir
yang ditandai dengan kata dan nama yakni pada penyebutan asmaul husna dalam
keadaan kosong atau bebas dan berfungsi sebagai manusia biasa.
Selain ini ada jalan lain setelah dzikir yakni dengan mengaktifkan
otak kanan dengan buat lagu sambil berjoget, mengikuti pelatihan yang ada di
buku dan lain-lain.
Kekurangan buku ini adalah istilah sufi yang ditakuti oleh orang, judulnya membuat ada orang yang beresepon rancu.
Kelebihan buku ini adalah ada ilustrasinya/contohnya.
No comments:
Post a Comment
Alamat Website