Ketika memesan makanan, kita
sebetulnya turut mempertimbangkan aspek kesehatan. Seperapa cepatkah otak dalam
memprosesnya? Untuk itu, Tim neuroeconomist
di California Institute of Technology, Amerika Serikat menyingkap fenomena ini.
Untuk membuktikan dugaan atau
hipotesisnya, peneliti melibatkan sebanyak 28 mahasiswa yang belum makan selama
empat jam sebelum dilakukan percobaan. Mereka diminta untuk menilai 160 makanan
dengan skala -2 hingga 2 dalam hal kesehatan, rasa dan seberapa senang saat
nanti menyantaonya usai mengikuti tes itu.
Soal rasa, setiap orang dapat
dengan cepat mengenali makanan yang membangkitkan seleranya. Pada awalnya,
ilmuwan menduga faktor rasa menjadi penentu pertama dalam pemilihan makanan
yang akan disantap. Yang kedua adalah aspek kesehatan yang bisa jadi di urutan
kesekian bagi orang yang pengendalian dirinya kurang baik.
Mahasiswa kemudian diperlihatkan
maanan yang sama dalam 280 kembaran acak. Mereka diminta untuk memilih pasangan
makanan favorit dan menunjukkannya dengan mengklik tetikus. Melalui analisis cursor-track terpantau dalam memikirkan
pilihannya, rasa mendominasi proses penentuan sekitar 200 milidetik lebih awal
dari pada faktor kesehatan.
Pergerakan kursor tersebut
memperlihatkan proses dalam pembuatan keputusan. Dari situ, dapat terlihat
responden sempat tergoda ketika memilih pizza. Namun, akhirnya mereka mengunci
pilihannya pada makanan sehat. “Jadi, sebaiknya sebelum memesan makanan,
ambillah waktu beberapa saat untuk memikirkan kembali ulang pilihan Anda” ujar
peneliti utama yang bernama Nicolette Sullivan.
Sumber :
Dwinanda, Reiny. Pikir ulang
sebelum memesan. Suplemen Republika
edisi Selasa, 23 Desember 2014.
wah pizza, bikin laper baca ini hihi
ReplyDeletehmm
Deletenice tips :D hehe tapi kalo dibayarin mah ya ngikut aja hehe =D hehe
ReplyDeleteTq ^^....
Deletemau mau ditraktir oleh kak guru :)
ReplyDeletega janji ^_^
Deletemakasih info dan tipsnya mas
ReplyDelete