10 tahun belakangan, Indonesia
mengalami berbagai bencana alam di berbagai wilayah. Berawal dari gempa dan tsunami
Aceh pada 26 Desember 2004, gempa berskala 5,9 SR pada 27 Mei 2006 di
propinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, erupsi gunung merapi yang berada di perbatasan antara Jawa
Tengah, meletusnya gunung api Sinabung di Sumatera dan Gunung Kelud di perbatasan
Kediri dan Blitar, Jawa Timur, bencana-bencana alam lainnya seperti banjir,
tanah longsor, angin puting beliung, dll.
Mukri Friatna mengemukakan sepanjang
2012-2013, Indonesia mengalami peningkatan bencana alam yang sangat tinggi sekitar
300%.
Permasalahanpun muncul setelah terjadinya peristiwa itu,
baik masalah ekonomi (kehilangan tempat tinggal, pakaian, kendaraan,
hewan ternak, sawah, kehilangan pekerjaan sehari-hari, dll), sosial (kehilangan keluarga dan saudara),
kesehatan sampai Psikologis.
Kondisi ini tentu menimbulkan perasaan sedih,
takut, cemas, bingung, bahkan jika berlarut akan menimbulkan gangguan jiwa yang
lebih breat seperti post traumatic stress
disorder (PTSD) atau gangguan stress pasca trauma.
Pengaruh trauma dan kejadian
traumatik yang berkelanjutan akan memicu terjadinya stress pada individu,
sebab dalam suatu kejadian traumatik, banyak terdapat stressor sebagai pemicu stress
dan jika dialami berkepanjangan akan menimbulkan gangguan stress pasca trauma yang
merupakan reaksi berkepanjangan dari trauma yang dialami oleh individu (Smet, 1994).
Kenyataan yang ada di
lapangan menunjukkan bahwa banyak terdapat korban yang selamat dari bencana mengalami
trauma yang berkepanjangan setelah peristiwa trauma
berkepanjangan setelah peristiwa bencana.
Trauma yang ditinggalkan,
akan terus hidup dalam daripada orang yang mengalami langsung peristiwa yang
mengerikan tersebut.
Tanpa adanya penanganan kejiwaan secara terpadu,
maka akan muncul kecenderungan PTSD. Gangguan stress pasca trauma
ini kemungkinan akan berlangsung selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, beberapa
decade
dan mungkin barulah muncul setelah setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis(Zlotnick,
dalam Durand dan Barlow, 2006).
Lalu, apakah akibat jika gangguan
PTSD dbiarkan berlarut-larut? PTSD
dapat mengakibatkan gangguan ingatan secara permanen terkait kejadian traumatis dari bencana
yang dialami, perilaku menghindari dari rangsangan terkait trauma,
dan mengalami gangguan meningkat terus menerus (Psychiatric
Association, 1994).
Untuk menghindarinya. bila Anda adalah remaja, lakukanlah deteksi dini terhadap efek dari kejadian traumatis dengan segera karena mengingat bahwa masa remaja merupakan suatu masa
yang
masih labil dan rentan terhadap berbagai masalah karena merupakan masa transisi menuju dewasa sehingga akan lebih mudah mengalami gangguan Psikologis.
Poerwandari (2006)
mengungkapkan bahwa ciri-ciri individu yang mengalami PTSD
diantaranya yaitu kesulitan untuk mengendalikan emosi atau perasaan, mudah marah,
mudah tersinggung, kesedihan yang berlarut, sulit untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih,
sering melamun, ada perasaan ketakutan, suka bermimpi buruk,
mengalami gangguan tidur, adanya ingatan akan peristiwa masa lalu yang mencengkram,
gangguan makan, dan merasa terganggu bila diingatkan.
Berbagai peristiwa yang
dialami oleh remaja akan berpengaruh dalam proses perkembangan berikutnya. Lalu, apakahcara
yang paling mudah yang bisa dilakukan dalam menangani PTSD? Pada remaja khususnya.
Dukungan sosial sangatlah berharga
dan penting bagi remaja ketika mengalami PTSD, khususnya dari orang terdekat yang
dapat dipercaya untuk membantu dalam mengatasi gangguan tersebut. Remaja membutuhkan dorongan dari
orang tua, guru dan sesama teman agar
bisa melupakan peristiwa itu dan tidak larut dalam kesedihan dan ketakutan.
Dengan adanya dukungan itu, ia akan merasa diperhatikan,
disayangi, dimiliki dan yang yang lebih penting adalah mempunyai nilai walau mereka sudah kehilangan banyak hal akibat bencana.
Sumber :
Tantama, Fatwa. Forum
Akademika. Memahami gangguan post-traumatic stress disorder (Ptsd) pascabencana.
Nusantara. Republika, Jumat, 26 Desember 2014 halaman 7.
www.lensaIndonesia.com, 2014
No comments:
Post a Comment
Alamat Website