Halo peserta Liga Blogger
Indonesia 2016 (LBI 2016), dan juga para pembaca. Selamat datang di blog saya
tercinta.
Perkenalkan, nama saya adalah
Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono yang merupakan seorang mahasiswi dan merupakan
penyandang disabilitas ganda.
Peserta LBI pada tahun 2015 tidak
saya beritahu karena saya tidak ingin diberlakukan khusus, namun karena terjadi
penurunan penglihatan jadi mau tidak mau saya harus memberitahu kalau saya
menjadi penyandang disabilitas tunanetra low vision.
Dari 2012, saya mendengar
halusinasi suara yang begitu kencang dan kini sudah agak melambat namun masih
berlangsung hingga tulisan ini dibuat, entah sampai kapan ini berlangsung.
Saya memasuki S2 profesi
Psikologi karena ingin membuktikan kepada seseorang kalau saya bisa mengikuti
perkuliahan karena dianggap tidak akan bisa karena berat, serta beberapa alasan
lain termasuk ingin membantu penyandang disabilitas Psikologi karena pernah
menangani orang Schizophrenia namun
saya merasa sedih karena tidak bisa banyak membantu.
Namun, pada kenyataannya, saya
bisa menyelesaikan semua mata kuliah saya dengan baik, walaupun ada kendala
dengan terjadinya penurunan penglihatan yang membuat saya jadi melamban dan
juga dipersulit.
Seiring dengan berjalannya waktu,
sesuatu terjadi.
Dulu, Psikologi adalah fakultas
yang mustahil dimasuki oleh penyandang disabilitas. Loh kenapa? Ya, karena dulu
orang beranggapan kalau tunanetra tidak bisa mengikuti perkuliahan di S1
Psikologi terutama karena harus melihat.
Kini, seseorang telah membuktikannya.
Dia adalah seorang tunanetra total yang dapat menyelesaikan perkuliahannya
dengan baik dengan dibantu teknologi.
Dia bernama Hendi Holgia yang
akrab disapa dengan Ogi. Sedikit riwayat pendidikannya, Ogi SD di SLBA Payakumbuh
2001-2004, SDN 15 2004-2005, SMPN 6 Bukittinggi sampai tahun 2008, SMAN 2
sampai tahun 2011, 2011 baru masuk Universitas Indonesia.
Namun, sebersit pertanyaan muncul. Kemana Ogi akan bekerja? Dunia kerja
S1 Psikologi kan harus melihat, S2 Sains dan S2 Profesi harus melihat.
Jadi peneliti, jawaban angket
kuesioner harus dilihat, hasil psikotes harus dilihat, observasi harus dilihat,
wawancara harus melihat gerak gerik lawan bicara, bahkan di perusahaan banyak
yang mempekerjakan S1 untuk menegakkan diagnose dari psikotes, administrasi
Psikotes harus berjalan dan melihat.
Namun, ternyata, soal pekerjaan
ia tidaklah perlu khawatir. Kenapa? Sebelum dia lulus, banyak tawaran pekerjaan
menghampirinya.
Mengenai pekerjaan, ia
berpendapat, “Menurut saya yang harus dilihat hanya observasi aja, kalau yang
lain bisa dengan teknologi...” dan kini sedang mengerjakan skripsi, kita doakan
semoga skripsinya cepat kelar.
Mau tahu banyak mengenai Ogi? Ogi
memiliki beberapa jejaring sosial seperti salah satunya yakni akun Twitternya @hendihogia.
Sekian ulasan saya mengenai
perkenalan kami. Terima kasih sudah mampir di blog saya tercinta.
Wah keren sekali. Semakin bersemangat dalam mengejar sesuatu. Semoga sukses! :)
ReplyDelete:) amin terima kasih mbak
Deleteaamiin, sama-sama. :)
Deletetetap semangat,,, :) belajar tak ada batasnya. jadi ingat apa yang pernah dikatakan Kiai saya dulu di pesantren. Belajar itu bagaikan menanam padi dan dunia itu bagaikan ilalang dan rerumputan. ketika kita menanam padi pastilah tanpa di tanam pun rumput dan ilalang pasti akan datang, tidak akan terjadi kita menanam rumput akan tumbuh padi di sela-selanya :)
ReplyDeleteYa makasi
Delete