Teknologi terbaru untuk
disabilitas yang terakhir saya baca adalah kursi roda elektronik yang
dikembangkan oleh LIPI (Lembaga penelitian Indonesia) yang kantornya ada di
Jakarta ke arah Grogol.
Awalnya saya tahu beritanya dari
Facebook yang bisa dibuka di https://m.facebook.com/axapeopleprotectors.indonesia/photos/a.800448236705251.1073741828.798811553535586/935326229884117/?type=3&ref=m_notif¬if_t=group_comment_reply,
disitu direferensikan ke link
Katanya, kursi roda elektrik ini
membantu penyandang disabilitas yang tidak bisa menggerakkan anggota badan dan
penggunanya bisa menggerakkan kursi roda dengan memikirkan perintah di
kepalanya.
Namun, kursi roda elektronik ini
belum diujikan kepada penyandang disabilitas sehingga kita belum tahu apakah aka
nada efek psikologi berupa keluhan karena tidak nyaman.
Bicara mengenai teknologi
disabilitas, banyak instansi, organisasi dan perusahaan yang harus
mengembangkan ini. Hal ini berguna
supaya si penyandang disabilitas bisa mandiri.
Selama ini, dari pengalaman saya
yang mengalami penurunan daya penglihatan merasakan dan mendengar bagaimana
fasilitas dan sebagainya.
Mungkin, hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman dan belum siapnya psikologi kita. Sehingga, sering saya
dapati disabilitas diberlakukan karena kasihan, dipaksa berperan seperti non
disabilitas.
Pemahaman orang mengenai
disabilitas masih kurang. Baik itu pemahaman mengenai disabilitas fisik, disebilitas
mental dan disabilitas perpaduan yang masih butuh edukasi.
Disabilitas fisik adalah keadaan
kekurang mampuan individu karena fisik yang kurang dan tidak berfungsi. Disabilitas
fisik salah satunya adalah tunanetra. Yang termasuk tunanetra ada tunanetra
total, ada tunanetra low vision.
Penyandang tunanetra sangat
dibantu dengan adanya teknologi seperti huruf braille, huruf timbul, tongkat putih,
pembaca layar seperti Jaws/NVDA/narrator, pembesaran layar, penyetingan high
contrast.
Disini, saya akan membahas satu
teknologi yakni penyetingan high contrast. Fungsi dan manfaat teknologi ini
adalah membantu sekali saya dalam mengakses netbook dan PDF sehingga tidak
merasa silau, tidak sakit mata yang rasa sakitnya hingga kepala.
Teknologi ini sudah menyertai saya
semenjak praktik kerja di PT. ANTAM pada tahun 2014. Teknologi ini membantu
saya menginput data di laptop saat itu.
Teknologi ini bermanfaat juga untuk
hal lain karena masih terus menyertai saya hingga sekarang. Dari merevisi
laporan-laporan untuk sidang HIMPSI, konsultasi tesis, merevisi tesis,
ngeblogging, ber-Facebook-kan, ber-Twitter-an, ber-internet, belajar di LIA
dari level high intermediate satu
sampai sekarang di high intermediate
tiga.
Jadi saya bersyukur ada fasilitas
ini. Kalau tidak hehe saya tidak bisa ngapa-ngapain. Seperti ini loh bentuknya
Namun, orang mungkin akan pusing
dan mengeluh tidak nyaman, bahkan ada yang pernah bilang itu mengerikan apabila
saya memperlihatkan atau meminta mereka menggunakan netbook dengan kondisi
setingan high contrast. Padahal ya
biasa aja.
Setingan high contrast adalah
setingan dimana latar belakang warna adalah hitam dan tulisan dibuat berwarna.
Itu pembahasan salah satu teknologi yang dirasa bermanfaat karena memanfaatkannya. Lalu, kita kembali ke pembahasan mengenai disabilitas.
Disabilitas mental adalah keadaan kekurang mampuan individu dalam hal Psikologi, baik itu mengontrol emosi atau yang lainnya sesuai dengan jenisnya.
Disabilitas mental adalah keadaan kekurang mampuan individu dalam hal Psikologi, baik itu mengontrol emosi atau yang lainnya sesuai dengan jenisnya.
Dua contoh dari disabilitas
mental adalah shizophrenia dan bipolar. Mau tahu mengenai itu? Bisa dicari
di tulisan saya di www.kartunet.or.id.
Disabilitas perpaduan, ya itu
ada. Hal ini dulu saya ketahui saat dulu pernah jadi relawan di Wisma Tuna
Ganda di Palsigunung. Satu orang bisa menyandang beberapa disabilitas
sekaligus.
Seiring dengan waktu, saya membaca
buku yang ternyata ditulis dan ada buku yang menyebut Hellen Keller sebagai
penyandang disabilitas ganda yakni tunanetra dan tunarungu.
Para penyandang disabilitas
sering membuat saya terkagum-kagum, walau sulit saya untuk beradaptasi di
lingkungan mereka karena dulu saya di blokir dari beberapa grup disabilitas, saya
juga pernah di bully, di usir.
Yang ironinya adalah karena
pemahaman mengenai disabilitas yang kurang, saya pernah mengalami ditertawakan,
dikatai gila, dipukul, ditendang, diteriaki, dipaksa melihat kertas, dipaksa
melihat dalam keadaan sakit, dibiarkan sama orang, diadukan, dilihat dan fokus
pada kekurangan ga bisa inilah ga bisa itulah, diceritakan sama orang-orang
saat saya keluar menggunakan tongkat putih, saat mau membayar ongkos malah
disuruh dibawa saja kan ngga enak banget itu. Karena pemahaman ini, membuat
saya malu.
Bukan hanya saya saja yang malu,
beberapa tunanetra lain juga banyak yang malu menggunakan tongkat putih karena
perilaku orang (Psikologi) mempermalukannya, mencelanya.
Ha… bicara soal fasilitas. Coba saja
lihat jalan-jalan di dekatmu? Apakah berlubang? Apakah ada trailing? Apakah datar
jalannya? Itu menyulitkan penyandang kursi roda mengakses jalan.
Buat naik kendaraan umumpun
begitu, para penyandang kursi roda banyak ditolak sama kendaraan umum.
Dulu, saya pernah dengar cerita,
ada seorang nenek yang menggunakan kursi roda didampingi suaminya, mereka
dicela, dihina-hina. Hallo nuranimu pada kemana?
Jalur bus TransJakartapun muter
muter jauh sekali, mau ke haltenya kebanyakan tangga dan tangga, bagaimana
penyandang kursi roda bisa mandiri?
Lalu untuk mandiri apakah harus
menggunakan taksi dan mobil? Hallo, tidak semua penyandang disabilitas berada
di kelas menengah keatas.
Fasilitas-fasilitas disabilitaspun
dikit-dikit uang, masuk ke sekolah luar biasa bayarannya lebih mahal dari masuk
sekolah biasa, belum lagi beli peralatan ini itu yang harganyapun banyak yang
tidak terjangkau apalagi teknologi untuk disabilitas wiiih harganya bisa selangit. Hallo, tidak semua penyandang disabilitas berada di kelas
menangah keatas.
Gimana penyandang disabilitas mau
berada di kelas menengah keatas? Fasilitas seperti lapangan pekerjaan saja
sulit sekali, kalaupun ada itu-itu saja tidak berkembang seperti di Negara di
luar Indonesia, masuk kerjapun yang penting kerja sehingga kurang memperhatikan
kompetensi diri.
Fasilitas juga dirasa kurang
untuk penyanda disabilitas tunanetra dimana ketika melakukan administrasi di
Bank, mereka didiskriminasi sehingga mereka menciri Bank yang ramah.
Ke mall-mall, hotel, Rumah sakitpun
masih ada yang tidak menyediakan fasilitas untuk tunanetra.
Walaupun ada beberapa mall-mall,
hotel seperti salah satu contohnya B&B yang ada di Jakarta Utara, Rumah sakit
menyediakan tombol lift bercetak braille seperti salah satu contohnya adalah
Hasanah Graha Afiah (RS. HGA). Itu dicetak dengan adanya teknologi.
LIA Cibubur yang gedung barupun
liftnya nomornya timbul, bentuk trailing ditangganya memandu dan memudahkan,
ada lantai landai itu memudahkan disabilitas pengguna kursi roda. Itu dicetak dan
didesain dengan adanya ilmu dan teknologi.
Bicara fasilitas,
aplikasi-aplikasi di HP Android gitu kurang bisa akses sama Talkback/Shineplus.
Padahal, tunanetra mau melakukannya mandiri.
Biasanya, dulu fasilitas dan
teknologi tergaung beritanya di www.kartunet.or.id.
Fasilitas juga harusnya didukung
dengan memikirkan aspek ergonomis, dan dukungan perilaku manusia (Psikologi).
Itu si menurut saya, menurutmu
gimana? Bagaimanakah kedepannya untuk teknologi ini?
penyandang disabilitas memang masih kurang diperhatikan di negara tercinta ini. hal ini diperburuk dengan respon masyarakat terhadap penyandang disabilitas. mungkin karena kurangnya pemahaman mereka. saya waktu kuliah juga punya teman tunanetra, hampir tiap hari saya mengantarnya ke simpang kampus untuk naik angkot ke kosnya. karena rumah kami berbeda arah, jadi beda angkot, untungnya para supir angkot di Medan tergolong baik. saya tinggal bilang ke supirnya teman saya itu turun dimana. penumpang yang lain pun juga turut membantu saat ia hendak turun.
ReplyDeletesemoga ke depan penyandang disabilitas bisa lebih diperhatikan ya mbak :)
iya memang masih kurang diperhatikan di negara tercinta, Indonesia.
DeleteOh gitu, kisahnya menarik
iya semoga ke depan penyandang disabilitas bisa lebig diperhatikan, amin
emm, baru tau malah kalau ada aplikasi seperti itu.
ReplyDeleteiya, harusnya sih di halte dibuat yang lebih friendly gitu, tapi sepertinya sih engga, masih ada yang biasa-biasa aja.
benar, Hellen Keller juga menginspirasi. :)
semangat, mbak. nggak usah takut sama bully!
semoga fasilitas yang ada semakin friendly sama siapa saja. :D
oh baru tahu ada aplikasi ini
Deleteiya seharusnya di halte dibuat yang lebih friendly nyaman dari sisi Psikologi
iya mba Dini,
amin, smeoga fasilitas yang ada semakin friendly sama siapa saja dimana saja. amiin ^^
wah saya seperti yang saya perhatikan di Yakitunis Yogyakarta, para disabilitas netra yang masih low fision juga mereka menggunakan aplikasi seperti yang mbak Tyasetya gunakan.
DeleteUntuk saat ini fasilitas umum di jogja, khususnya di kampus saya UIN Sunan Kalijaga juga sudah banyak memfasilitasi layanan untuk teman2 difabel.
Semoga untuk taraf nasional Pemerintah bisa juga memperharikan lebih kepada saudara2 kita ini
Yukutonis Yogyakarta, hmm gitu
Deleteamin semoga
aamiin. :)
Deletesaya penasaran sama aplikasi atau software-nya yang high contrast itu mbak. soalnya suami saya lagi ada keluhan dengan matanya. tidak tahan lihat cahaya apalagi lampu LED. padahal kerjanya di depan komputer. tiap hari ditetes obat tetes mata dan kadang disalep mata. sedih juga karena memang suami saya harus duduk mantengin data di laptop.
ReplyDelete@diahdwiarti
oh gitu. itu komputernya pake apa? windows berapa? kalo windows 7 saya bisa bantu pandu
DeleteHellen Keller pernah membuktikan, bahwa memang tak ada yg tak bisa, jika kita mau berusaha.
ReplyDeleteya betul
DeleteSemoga ke depannya fasilitas untuk penyandang disabilitas lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah ya mba dan banyak yang mengembangkan perangkat teknologi yang lebih bersahabat lagi untuk peyandang disabilitas :)
ReplyDelete@gemaulani
amin, semoga ke depannya fasilitas untuk penyandang disabilitas lebih diperhatikan lagi sama pemerintah dan banyak yang mengembangkan perangkat teknologi yang user friendly.
DeleteTeknologi yg semakin berkembang semoga di ikuti pula utk memadai fasilitas dan kebutuhan bagi para penyandang disabilitas
ReplyDeleteya semoga. amin
Deletesemoga pada tahun 2016 ini, kita lebih peduli dengan mereka (disabilitas) untuk menciptakan sebuah teknologi bagi mereka walaupun berupa bantuan kecil
ReplyDeleteamiin, semoga pada tahun 2016 ini dan juga tahun selanjutnya, kitya lebih peduli dengan disabilitas walaupun berupa bantuan kecil dengan menciptakan sebuah teknologi bagi disabilitas.
DeleteDi Pati mah, fasilitas untuk penyandang disabilitas bisa dikatakan tidak ada. INdonesia memang bukan negara ramah untuk penyandang disabilitas.
ReplyDelete@rizalarz
oh di Pati fasilitas untuk penyandang disabilitas bisa dikatakan tidak ada, iya Indonesia memang bukan negara ramah disabilitas, dari dulu hingga entah kapan. Huuuft.
DeleteTeknologi udah maju, ya Mbak, bahkan kursi roda elektronik pun bisa bergerak mengikuti perintah pemiliknya :)
ReplyDeleteya :)
DeleteIya nih lumayan mahal harganya ya... kasihan juga yang berada di kelas menengah ke bawah :(
ReplyDelete@amma_chemist
iya :(
Deletewahh mbak tyaseta juga menginspirasi saya, salut sama semangatnya,,,
ReplyDeletehigh contrast bermanfaat bgt yaa
@chikarein
ya bermanfaat banget
Deletejadi inget pelajaran saya ada biografi singkat ttg Hellen Keller.
ReplyDeleteTentang fasilitas utk disabilitas, mungkin pemerintah harusnya dapat menyediakan secara gratis untuk yang kurang mampu ya :')
@umimarfa
oh gitu
Deletesoal perintah nyediain gratis saya belum setuju yang penting itu dia bisa bekerja sehingga ga ngemis. kasi gratis kan ngebebani anggaran pemerintah.
baru tahu kalau itu fungsinya tampilan high contrast. hehe
ReplyDeleteeh, kalau bikin komentar di blog ga usah menuliskan link blognya ya. ntar bisa dianggap spam lho...
@f_nugroho
o baru tahu itu hogh contrast.
Deletehe hehe ya ada beberapa yang anggap spam karena sayapun pernah di spamkan. tapi itu naikin rank alexa loh
Semua kantor pemerintahan di Boyolali sudah friendli sama difabel khususnya pengguna kursi roda. tinggal transportasi umum yg belum.
ReplyDelete@Wawa_eN
oh syukurlah
Deletesemoga lekas transportasinya ada ya ka