Puasa, mendengarnya aku begitu suka cita. Walaupun tidak
semulus suka, bukan hendak bermaksud eksis, durhaka dan maksud buruk lainnya. Kisah
ini semoga bisa menguatkan untuk yang lainnya dan bisa disyukuri dengan
keadaannya yang sekarang walapun ada yang lebih buruk kondisinya.
Rabu, 18 Juni 2015. Aku sudah meniatkan diri untuk melakukan
Sholat Tarawih di rumah seperti tahun lalu
ketika mata ini penglihatannya menurun atau bahasa Inggrisnya adalah low vision. Aku kurang berani
bersosialisasi dan beribadah di luar.
Masuklah puasa hari pertama adalah hari kamis, 18 Juni 2015. Aku demam. Aku terbaring
seharian, setelah seminggu menahan demam, sakit kepala dan sakit mata karena
memaksakan diri membaca tulisan-tulisan di kertas-kertas.
Sorenya, aku dibawa ke klinik. Klinik yang merupakan
fasilitas kesehatan satu asuransi BPJS. Saat masuk ruang dokter aku tertawa “Hahaha”
terus diskusi seperlunya.
Dokternya bilang, aku harus bed rest, bahkan disuruh
langsung opname di Rumah sakit pada malam itu juga apabila tidak nyaman. Melihat
lidah yang berwarna putih, batuk, demam, katanya sariawan dan tipes ini. Tapi disuruh
balik lagi esoknya untuk melakukan pengecekan darah, tidak boleh puasa dulu.
Jumat pukul Sembilan kurang, aku dibangunin ibuku. Aku diminta
menyiapkan makan dan minum. Kami ke klinik. Pas mau nyampe, aku lupa. Astaga,
tumbler/tempat minumnya aku tenteng lagi. Duh, tidak menghormati orang yang
puasa. Maaf ya.
Sampai di klinik, petugas bilang “Pemeriksaan darah untuk
tipesnya ditanggung BPJS, yang DBD tidak, mau disini atau di luar? Silahkan?”
sehingga ibuku bertanya “Berapa tes DBD?”, “70 ribu” jawab petugas. “Ok”
dibawa ke ruangan. Aku bertanya “Mbak perawat?”, “Bukan, aku
bagian lab” jawabnya, “Disini ada periksa toksoplasma dan kanker ga?” tanyaku. ”Oh
ga ada” jawabnya.
Aku menunggu sama ibuku. Akhirnya, dipanggillah.
Dokternya bilang, “Tipes ga kena, soalnya tidak memenuhi
enam karakter ini.” Yang aku tanya “Demam berdarahnya gimana dokter?”, “Ga kena
kok, trombosit normal, tapi memang ini leukositnya kena”. Setelah itu, aku
pulang ke rumah.
Sabtu, 20 Juni 2015 karena bingung bagaimana
Aku memaksakan diri ikut sholat berjamaah dan setelah
selesai, aku oleng saat mau duduk dan salim ke ayah.
Minggu, 21 Juni. Aku mengikuti perintah ibuku untuk sholat
jamaah. Aku ikut Sholat Isya sambil nahan sakit mata dan sakit kepala.
Senin, 22 Juni. Aku mencoba menghasilkan karya lagi di note
Facebook setelah memotong untuk melihat kardus-kardus dan mencari buku-buku
untuk membantu belajar. Lalu, jam satu siang aku menulis di Word untuk apa yang
ada di blog ini. Sembari aku melatih kemampuan bahasa,
kemampuan komunikasi yang masih kurang banyak disitu dan menulis seperti spam satu, sepotong-sepotong.
kemampuan komunikasi yang masih kurang banyak disitu dan menulis seperti spam satu, sepotong-sepotong.
Agak ribet juga yah kalau sudah terbiasa bergerak terus tiba-tiba kebanyakan hanya berdiam diri di rumah.
ReplyDeleteYa :)
Deletewah.. saya kok khawatir dengan penglihatannya. jangan dipaksain baca mbak, istirahat saja dulu biar matanya membaik :)
ReplyDeleteTerima kasih untuk kekhawatirannya mba
DeleteAku ga apa kok
tidak bisa mba, kondisi sering buat aku terus maksain liat
Susah cari relawan baca
Yah baca kalo ada yang masi terbaca oleh screen reader di hp dan komputer mendingan deh, karena aku harus tetap membaca mba supaya bisa dapat pengetahuan dan belajar
Nunggu sampai kapan?
Hidup harus terys berjalan mbak
semoga cepat sembuh ya mbak
ReplyDeleteMakasi :)
Delete