Selamat datang di tulisan saya,
kali ini saya mau menulis untuk lomba blog yang bertema penguatan peran
keluarga dalam pendidikan anak yang informasinya bisa dibaca di http://infolombanulis.blogspot.co.id/2016/02/lomba-jurnalistik-feature-opini-berita.html.
Menurut opini atau pendapat saya,
pendidikan anak diperkuat oleh peranan keluarga. Penguatan itu bisa berupa
dukungan pendidikan yang terbaik untuk anak, tidak melihat kekurangan serta
menganggapnya tidak bisa ini itu, tidak memberikan ucapan/perilaku yang negative.
Perilaku yang negatif bisa
dilakukan oleh keluarga dengan mendengarkan aduan/pertanyaan dari orang lain
yang membuat keributan/kegaduhan dalam keluarga lalu menyalahkan anak dan
menjatuhkan anak.
Perilaku itu, kerap kali disertai
dengan teriakan, pemukulan, dan aksi kekerasan lainnya yang terkadang aksi
kekerasan tersebut tidak berbekas pada tubuh anak.
Ironisnya, lingkunganpun akan
turut menyalahkan anak karena otoritas orang tua/otoriter. Sikap otoriter ini,
dapat membuat anak menjadi ikut otoriter di lingkungannya, sehingga tidak mau
menerima saran dan kritik yang berdampak diberlakukan kembali pada keluarganya
dan lingkungan kerjanya.
Selain menyalahkan si anak,
lingkunganpun mengadukan perilaku anak kepada orang tua/keluarganya supaya
ditindak lanjuti tanpa pernah dipikirkan efeknya ke si anak dan keributan serta
kekerasan yang diterima anak. Karena yang dipikir itulah yang terbaik.
Terkadang, ketika anak menerima
sikap/perilaku otoriter ini hanya terdiam/mengeluh/menangis/memberontak/lari
dari kenyataan dengan berperilaku buruk seperti masuk ke pergaulan bebas bahkan
pergaulan bebasnya ada yang di bawah umur.
Dampak dari pola asuh ini bisa
membuat anak sulit berkomunikasi, sulit bersosialisasi, bingung, pendiam,
tertutup, curigaan/tidak percaya sama orang.
Setyo Mulyadi yang merupakan
Psikolog anak (dalam http://googleweblight.com/?lite_url=http://keluarga.com/pengasuhan/sebab-anak-jadi-pemberontak-dan-suka-melawan&ei=MZc0k3ar&lc=id-ID&geid=10&s=1&m=921&ts=1454350274&sig=ALL1Aj5xLhq1JtVbaDWTkj49-OC1_wOf3A),
mengatakan bahwa, jangan salahkan anak-anak Anda bila tiba-tiba mereka berani
melawan Anda atau tidak mau menuruti nasehat Anda.
Hal ini terjadi dikarenakan ada
rasa ketidakpuasan di dalam hati mereka, tentang pola Anda mengasuh, atau
karena kurangnya perhatian dari Anda.
Oleh karena itu, bila ada di
antara Anda yang saat ini sedang menghadapi pemberontakan anak, daripada terus-menerus
bermusuhan dengan mereka, ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai
penyebab mengapa seorang anak tiba-tiba menjadi pemberontak dan berani melawan
orang tuanya.
* 1. Sikap otoriter dari orang tua
Orang tua yang otoriter sangat
mempengaruhi kepribadian sang anak, karena tekanan demi tekanan yang dirasakan,
lama kelamaan akan membuat anak harus berani mengambil sikap, apakah akan tetap
mematuhi orang tuanya atau harus menuruti kata hatinya. Berusahalah untuk tidak
menjadi orang tua yang demikian, Anda boleh mengajarkan disiplin serta
ketegasan kepada anak Anda, tetapi tetaplah fleksibel dalam proses penerapannya.
* 2. Menyuruh anak di saat yang
tidak tepat
Ketika Anda ingin menyuruh anak untuk
melakukan sesuatu, sedangkan dia sedang asyik dengan kegiatannya, biasanya anak
akan enggan untuk mematuhi perintah dari orang tuanya karena merasa terganggu.
Bila sudah demikian hindari untuk memaksanya, selama Anda tetap bisa
melakukannya seorang diri, maka kerjakan. Namun, bila hal tersebut sangat
mendesak dan Anda betul-betul membutuhkan bantuan darinya, maka usahakanlah
untuk menyampaikannya dengan cara yang baik, beri dia pemahaman bahwa bantuan
dari dia sangat Anda perlukan. Dengan demikian, mereka akan merasa dibutuhkan
meskipun merasa terganggu anak Anda akan sadar karena itu adalah bagian dari
tanggung jawabnya.
* 3. Orang tua tidak bisa memenuhi keinginan si anak
Bila orang tua tidak bisa
memenuhi keinginan anaknya, sebagai bentuk protes biasanya mereka akan
menunjukkan sisi keras kepalanya dengan harapan keinginannya dapat dipenuhi
atau sekadar ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
* 4. Anak dibiarkan tumbuh hingga mengalami krisis keteladanan
Biasanya terjadi ketika orang tua
terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, bisa dikarenakan masalah pekerjaan atau
karena benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan keluarganya. Ketahuilah bahwa
anak-anak sangat mendambakan didikan serta teladan dari orang tuanya. Namun,
bila di dalam keluarganya peran orang tua sudah tidak lagi berfungsi, maka
jangan heran bila mereka berani melawan Anda.
* 5. Pengaruh lingkungan sekitar dan pertemanan
Lingkungan di mana keluarga Anda
tinggal juga sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak Anda.
Kawan-kawan bermainnya juga turut andil dalam proses pembentukan jati diri
mereka. Oleh karena itu, bila lingkungan tempat tinggal Anda buruk, maka jangan
heran bila tiba-tiba anak Anda bisa mengucapkan sumpah serapah.
* 6. Mencontoh perilaku orang tuanya
Anak adalah seorang peniru
sejati, mereka akan meniru apa saja yang dilihat dan didengarnya.
Sebagai orang
tua, bila Anda mendapati anak Anda berani melawan, maka introspeksilah diri,
tanyalah pada diri Anda apakah selama ini Anda telah menunjukkan teladan yang
baik kepada mereka atau justru sebaliknya. Bila Anda mengharapkan memiliki
anak-anak yang patuh, maka berikanlah mereka teladan, hentikan segera
pertengkaran-pertengkaran dengan pasangan Anda dan jangan pernah mengulanginya
lagi. Bentuklah sikap yang positif pada anak Anda sejak mereka masih kecil,
sehingga ketika nanti beranjak dewasa mereka akan segan untuk memberontak
ataupun melawan Anda.
Menurut saya, untuk nomor lima
itu penting. Apabila anak dibiarkan berada di lingkungan yang suka mencela
orang lain, menertawakan orang lain, menjahati orang lain, berkata dengan tidak
sopan dan santun, bercanda tidak mengikuti etika tata krama, maka anak akan
begitu. Itulah pentingnya dukungan dan pengawasan dari orang tua.
Kalau dilihat dari kasus yang
menimpa I (nama disamarkan karena kode etik Psikologi) dimana dia saat kecil
dimarahin di depan umum saat makan membuat dia menjadi tidak dapat makan di
tempat umum dan bawaannya selalu mau muntah.
Sikap membentak anak, memaksa
anak, menakut-nakuti anak bisa membuat timbulnya masalah. Hal ini seperti
tertuang pada blog saya http://hatidanpikiranjernih.blogspot.co.id/2015/02/review-mengatasi-problem-anak-sehari.html
dimana ada kasus.
Kasusnya adalah putrinya yang
sudah 4 tahun susah makan padahal adiknya yang baru 2 tahun makan dengan
lahapnya sehingga badannya tampak sehat dan berisi. Ia sudah memaksa supaya
anaknya ini mau makan lebih banyak, menakuti dengan akan membawanya ke dokter
biar di suntuk, mencoba mengancamnya dengan keras namun yang ada malah anaknya
menangis keras sambil berujar "Kalau begitu, Putri tidak mau makan sama
sekali! Huuu..Huuu...!".
Lari dari kenyataan ini yang
berbahaya. Anak bisa jatuh ke pergailan bebas dana tau bunuh diri.
Dalam http://hatiputih.blogdetik.com/2016/03/07/pergaulan-bebas-dibawah-umur-dalam-islam
untuk mencegah pergaulan bebas orang tua harus
1.mengawasi pergaulan anak,
dengarkan masalah dan keluhan anak darisitu bisa tahu bergaul dengan siapa nah
saat diskusi kasi tau
2....
3.isi waktu dengan kegiatan
positif
Fenomena bunuh diri sedang tengah
marak-maraknya terjadi, dan ini terjadi juga pada anak-anak. Terkadang atau
malah seringkali anak-anak terlihat bahagia atau berprestasi, tapi ternyata di
dalamnya hancur lebur, psikologinya terguncang. Walaupun tidak semuanya begitu,
ada juga yang benar-benar bahagia.
Menurut saya, anak akan
berbahagia apabila minatnya didukung oleh orang tua, bakatnya diasah sejak
dini, dan adanya pola komunikasi yang sehat.
No comments:
Post a Comment
Alamat Website